Wednesday, December 19, 2012

KISAH PARA MALAIKAT DAN TUGASNYA

KISAH PARA MALAIKAT DAN TUGASNYA


Kiriman artikel dari Ustadz.Abdul Zein

Assalamu alaikum WR.WB
Saya akan memposting beberapa Tugas malaikat yang diamanahkan oleh Alloh kepada manusia,tentang apa dan bagaimana para malaikat ini bekerja untuk mengerjakan segala perintah Alloh buat kehidupan manusia ,diantaranya malaikat itu serta tugas mereka adalah:

MALAIKAT JIBRIL
Jibril adalah malaikat yang muncul dalam ajaran agama samawi. Dalam ajaran agama samawi Jibril dianggap sebagai Pemimpin Malaikat dan bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul.
Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu. Malaikat Jibril adalah satu dari tiga malaikat yang namanya disebut dalam Al Quran. Nama Malaikat Jibril disebut dua kali dalam Al Quran yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim ayat 4. Didalam Al Qur’an, Jibril memiliki beberapa julukan, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya.

A. BENTUK FISIK MALAIKAT JIBRIL
Bentuk fisik Ruhul’qudus, ada tertera dalam uraian mengenai kisah nabi Muhammad, kala beliau mendapat wahyu kali ke dua, dan nabi menuntut untuk bertemu atau melihat rupa asli sang utusan Tuhan dari langit dalam rupa yang asli, atau bagaimana sesungguhnya dzat wujud Jibril tanpa rupa samar, sebagaimana di kali-kali yang lain, sang utusan (ruhul’qudus) selalu nampak dalam rupa seorang manusia biasa.
Ruhul’Qudus ; Tampak wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyrik dan maghrib, (barat-timur) sayap dan busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukzijat.
Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Malaikat Jibril adalah malaikat yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa (lihat di artikel Isa) kepada ibunya Maryam dan juga malaikat yang menyampaikan Al’Quran kepada Nabi Muhammad.
Dalam kisah suci perjalanan Isra’ Mi’raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah untuk terus naik menghadap kehadirat Allah SWT;
beliau berkata : “Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh”.
Maha Suci Allah, ternyata Malaikat Mulia Jibril AS pun tidak sampai kepada Allah SWT.

B. PENCIPTAAN MALAIKAT JIBRIL
Dikisahkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya : “Tatkala ALLAH SWT menciptakan malaikat Jibril AS, dipilihlah wujud yang paling rupawan ia dilengkapi dengan 600 sayap, masing-masing sepanjang jarak antara penjuru paling timur dengan penjuru paling barat. Begitu penciptaan selesai, berdirilah malaikat Jibril memandangi dirinya yang rupawan, seraya berkata : “Ya ALLAH ya Tuhanku, adakah ENGKAU menciptakan makhluk yang lebih tampan dari pada diriku ?” ALLAH menjawab : “ Tidak “
Mendengar jawaban ALLAH seperti itu perasaan Jibril berbunga-bunga dan sebagai ungkapan rasa syukurnya yang mendalam ia mengerjakan shalat 2 rakaat, yang setiap rakaatnya dilakukan selama 20.000 (duapuluh ribu tahun). Setelah selesai mengerjakan ALLAH SWT berfirman padanya : “ Hai Jibril, begitu bersungguh-sungguh engkau mengerjakan shalat. Demikian engkau telah penyembahan kepadaKU denagn penyembahan yang tiada bandingnya. Tetapi ketahuilah hai Jibril, bahwa pada akhir zaman nanti akan lahir Nabi terhormat yang AKU Sayangi, dia bernama Muhammad. Dia memiliki umat yang lemah yang banyak melakukan dosa. Sekiranya umat yang bergelimang dosa itu mau mengerjakan shalat dua rakaat, sekalipun shalatnya banyak kekurangan, waktunyapun tergesa-gesa dan tidak konsentrasi, maka demi kemulian dan keagunganKU, sungguh shalat mereka itu lebih AKU sukai dari pada shalatmu ! Mengapa ? Karena shalat mereka berdsasarkan perintahKU, sedangkan shalatmu itu bukan berdasarkan perintahKU ! ”
Jibril : “Ya TUHANku lalu apakah balasan yang bakal ENGKAU berikan atas ibadah mereka ?”
ALLAH : “Balasan yang bakal AKU berikan adalah surga Ma’wa.”
Begitu mendengar kata-kata surga Ma’wa, Jibril memohon izin kepada ALLAH agar diperkenankan melihatnya maka ALLAHpun mengabulkan permohonan Jibril ini, sehingga dia segera berangkat menuju surga tersebut, dia bentangkan seluruh sayapnya lalu terbang untuk menempuh jarak yang amat jauh takterperikan. Setiap kali dia membuka sepasang sayapnya maka dia berasil jarak sejauh 300.000 (tiga ratus ribu tahun perjalanan). Begitu juga setiap menutupkan sayap padahal ia terbang selama tiga ratus tahun serta memiliki sayap tiga ratus pasang sayap atau enam ratus buah. Namun sejauh itu ia belum berasih mencapa tujuan setelah merasa begitu letih diapun beristirahat disebuah pohon raksasa dia bersujud kepada ALLAH SWT seraya mengadu : “ Ya ALLAH, apakah perjalanku terlah sampai separuhnya, ataukah baru dua pertiga atau bahkan separuhnya ? ” ALLAH SWT berfirman kepadanya : “ Hai jibril walau pun kau mampu terbang tiga ratus ribu tahun dengan sayap-sayapmu yang sudah ada dan AKU tambah lagi enam ratus sayap, niscaya tidak kau bisa mencapai seper seratusnya (1%). Itulah keistimewaan yang akanKU berikan kepada umat Muhammad yang mau mengerjakan shalat !”.

C. KISAH MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS
Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.
Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, “Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah.”
Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, “Aku membuat apa yang aku kehendaki.” Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong.
Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.
Kemudian Allah S.W.T merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan. Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.
Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah S.W.T melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir. Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap emapt, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.
Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, “Apakah yang membuat kamu menangis?” Lalu mereka menjawab, “Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu.”
Firman Allah bagi bermaksud, “Begitulah aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku.”
Setelah diusir, maka iblis pun berkata, “Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu.”
Lalu Allah berfirman yang bermaksud, “Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum.”
Berkata lagi iblis, “Tambahkanlah lagi untukku.” Allah berfirman yang maksudnya, “Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya.”
Berkata iblis lagi, “Tambahkanlah lagi untukku.” Lalu Allah berfirman dengan maksud, “Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah.”
Berkata iblis lagi, “Tambahkanlah lagi untukku.” Maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, “Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, ertinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram.”
“Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka.” (Hal ini ada disebutkan dalamsurah al-Isra ayat 64 yang bermaksud : “Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan.”

MALAIKAT MIKAIL
Mikail adalah malaikat yang mengatur air, menurunkan hujan/petir, membagikan rezeki pada manusia, tumbuh-tumbuhan juga hewan-hewan dan lain-lain di muka bumi ini. Dikatakan setiap satu makhluk yang memerlukan rezeki untuk hidup di dunia ini akan diselia rezekinya oleh satu malaikat Karubiyyuun.
Malaikat Mikail adalah salah satu di antara Pembesar Malaikat yang empat. Ia dicipta oleh Allah selepas malaikat Israfil dengan selisih kira-kira lima ratus tahun.jumlah keseluruhan malaikat yg wajib dipercayai oleh orang islam itu ada sepuluh berserta tugas nya
Dalam Islam Mikhael dikenal sebagai malaikat Mikail, satu dari malaikat utama Allah setelah Jibril. Menurut salah satu sumber, dalam tradisi Islam Mikail dikatakan memakai jubah berwarna hijau jamrud, memenuhi bentangan langit. Tiap helai rambutnya berisi ribuan wajah yang mengagungkan nama Allah. Menurut sumber lain dikatakan sejak neraka diciptakan Allah, Mikail tidak pernah lagi bisa tertawa.
Malaikat Mikail as adalah termasuk salah satu diantara 4 Malaikat yang menjadi pembesar seluruh Malaikat.
Dalam sebuah sumber dinyatakan bahwa ia diciptakan oleh Allah Swt, sesudah Malaikat Israfil dengan selisih kira-kira 500 tahun lamanya. Seluruh anggota tubuhnya terbuat dari nur (cahaya) dan berbulu za’faran. Yang istimewa, ada satu juta wajah diatas setiap bulu-bulu yang dimilikinya. Dan setiap wajah memiliki sejuta mat. Padahal, tiap mata yang ada senantiasa menangis untuk memohon rahmat bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Di samping itu, kelebihan yang dimiliki adalah tiap wajah mempunyai mulu sebanyak 1 juta, yang mana mulut tersebut memiliki lidah dengan jumlah yang sama dan menguasai satu juta macam bahasa. Padahal setiap lisan yang dimiliki membaca istighfar untuk orang-orang mukmin yang berdosa.
Dari sekian banyak mata yang ada, maka senantiasa meneteskan air mat sejumlah tujuh ribu tetesan. Lalu dari tiap tetesan air mata itu ALLAH menciptakan malaikat sejenis yang serupa dengan bentuk Malaikat Mikail. Tugas mereka adalah membaca tasbih hingga hari Kiamat. Mereka itu bernama KARUBIYUN. Di samping bertasbih, mereka juga memiliki tugas sebagai pembantu Malaikat Izrafil menjalankan tugas, yaitu membagi hujan, menjaga tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, serta membagi rizeki.
Dan sebutkan dalam sebuah keterangan, untuk menjaga kelangsungan kehidupan makhluk di dalam laut, buah – buahan di pohon maupun tumbuh – tumbuhan yang berada di atas bumi, maka ALLAH mengutus seorang malaikat untuk menjaganya. Jadi, satu butir buah misalnya akan senantiasa dijaga oleh seorang malaikat.
Disamping bertugas membagi rezeki dan hujan, Malaikat Mikail juga sering mendampingi Malaikat Jibril dalam menjalankan tugas – tugasnya. Di antara tugas yang pernah dilakukan bersam Malaikat Jibril adalah :
A. Ketika Malaikat jibril menjalankan tugas membelah dada Nabi muhammad Saw. Untuk dicuci hatinya karna akan diisi dengan iman, islam, yakin dan sifat hilim. Ketika itu peran Malaikat Mikail tidak kalah penting. Beliaulah yang mengambil air Al-Kautsar (air zam-zam) untuk akhirnya dijadikan sebagai pencubi hati Nabi Muhammad Saw.
B. Saat Nabi Muhammad Saw. mendapat kepercayaan untuk melakukan ISRA’ dan Mi’raj, Malaikat Mikail besama Jibril ikut mendampingi beliau selama perjalanan.
C. Malaikat Mikail juga sebagai pesuruh ALLAH untuk menyampaikat lembaran kepada Malaikat Maut. Dalam lembaran itu tertulis sangat detail nama, tempat, dan sebab musabab pencabutan nyawa bagi orang yang di maksud.

A. WUJUD MALAIKAT MIKAIL
Dari kepala malaikat Mikail hingga kedua telapak kakinya berbulu Za’faron. Jika seluruh air di lautan dan sungai di muka bumi ini disiramkan di atas kepalanya, nescaya tidak setitikpun akan jatuh melimpah. Di atas setiap bulu-bulunya, terdapat sebanyak satu juta muka.
Setiap muka malaikat Mikail ini pula mempunyai satu juta mulut dan setiap mulut mempunyai satu juta lidah manakala setiap lidah-lidahnya boleh berbicara satu juta bahasa atau lisan. Setiap satu juta lisan tersebut adalah membaca istighfar pada Allah bagi orang-orang mukmin yang berdosa.
Setiap satu juta muka atau wajahnya mempunyai satu juta mata. Tiap-tiap matanya sentiasa menangis kerana memohon rahmat bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Tiap-tiap matanya yang menangis itu mengeluarkan tujuh ribu titisan air mata dan setiap titisan air mata itu Allah ciptakan satu malaikat Karubiyyuun yang serupa dengan kejadian malaikat Mikail Setiap malaikat-malaikat ini ditugaskan untuk bertasbih pada Allah sehingga hari kiamat.
Imam Ahmad dengan sanadnya, dari Anas bin Malik, ketika Rasulullah Mikraj ke langit baginda ada bertanya pada malaikat Jibril: “Mengapa aku tidak pernah nampak malaikat Mikail tertawa?” Malaikat Jibril menjawab: “Malaikat Mikail tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan”

B. MALAIKAT MIKAIL DALAM ANGELOLOGI DAN OKULTISME
Para okultis modern menghubungkan Mikail dengan warna merah, arah selatan dan unsur api.
Dalam bentuk-bentuk okultisme lainnya, Mikail disebut sebagai roh planet Merkurius. Dia adalah penguasa hari Minggu dan Kamis. Ia adalah campuran dari movitasi, keaktifan dan keberhasilan. Konon ia adalah pembawa karunia kesabaran, dan malaikat karier, keberanian, keberhasilan, ambisi, motivasi, dan tugas-tugas kehidupan. Warna lilin Mikail adalah oranye, putih dan emas. Energi warnanya adalah oranye, ungu, putih, kristal, emas, dan coklat.

C. KETIKA MALAIKAT MIKAIL DAN JIBRIL MENANGIS
Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahawa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.
Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, “Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku dari api dan Engkau jadikan Adam dari tanah.”
Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, “Aku membuat apa yang aku kehendaki.” Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong
Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.
Kemudian Allah S.W.T merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan. Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.
Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah S.W.T melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir. Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap emPat, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.
Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, “Apakah yang membuat kamu menangis?” Lalu mereka menjawab, “Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu.”
Firman Allah bagi bermaksud, “Begitulah aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku.”
Setelah diusir, maka iblis pun berkata, “Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu.”
Lalu Allah berfirman yang bermaksud, “Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum.”
Berkata lagi iblis, “Tambahkanlah lagi untukku.” Allah berfirman yang maksudnya, “Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya.”
Berkata iblis lagi, “Tambahkanlah lagi untukku.” Lalu Allah berfirman dengan maksud, “Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah.”
Berkata iblis lagi, “Tambahkanlah lagi untukku.” Maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, “Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, artinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, yaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram.”
“Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka.” (Hal ini ada disebutkan dalamsurah al-Isra ayat 64 yang bermaksud : “Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan.”

MALAIKAT IZRAIL
Izrail adalah Malaikat pencabut nyawa dan salah satu dari empat malaikat utama selain Jibril, Mikail, dan Israfil dalam ajaran Islam. Nama Izrail tidak pernah disebut dalam Al-Qur’an. Walau begitu ia selalu disebut dengan Malak al Mawt atau Malaikat Maut yang oleh sebagian kalangan diidentikkan sebagai Izrail.

A. WUJUD IZRAIL
Malaikat Izrail diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang serupa dengan malaikat Mikail baik wajahnya, ukurannya, kekuatannya, lisannya dan sayapnya. Semuanya tidak kurang dan tidak lebih.
Dikatakan dia berwajah empat, satu wajah di muka, satu wajah di kepala, satu dipunggung dan satu lagi di telapak kakinya. Dia mengambil nyawa para nabi dari wajah kepalanya, nyawa orang mukmin dengan wajah mukanya, nyawa orang kafir dengan wajah punggung dan nyawa seluruh jin dengan wajah tapak kakinya.
Dari kepala hingga kedua telapak kakinya berbulu Za’faran dan di setiap bulu ada satu juta muka di setiap satu juta muka mempunyai satu juta mata dan satu juta mulut dan tangan. Ia memiliki 4.000 sayap dan 70.000 kaki, salah satu kakinya di langit ketujuh dan satu lagi di jembatan yang memisahkan Surga dan Neraka.
Setiap mulut ada satu juta lidah, setiap lidah boleh berbicara satu juta bahasa. Jika seluruh air di lautan dan sungai di dunia disiramkan di atas kepalanya, niscaya tidak setitikpun akan jatuh melimpah.

B. KEMATIAN
Disebutkan, ketika Allah SWT mencipta Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada malaikat Izrail, maka berkata malaikat Izrail: “Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?”.
Maka Allah SWT menyingkap rahasia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya dalam keadaan pingsan selama seribu tahun.
Setelah para malaikat sadar kembali, bertanyalah mereka: “Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?” Kemudian Allah SWT berfirman: “Akulah yang menciptakannya dan Aku-lah yang lebih Agung dari padanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu”.
Kemudian Allah SWT memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut Allah telah menyerahkan kepadanya. Walau bagaimanapun, Malaikat Izrail khawatir jika tidak terdaya untuk mengambilnya sedangkan Al-Maut lebih agung daripadanya. Kemudian Allah SWT memberikannya kekuatan, sehinggalah Al-Maut itu menetap di tangannya.
Disebutkan pula, setelah seluruh makhluk hidup sudah dicabut nyawanya pada hari kiamat kelak dan yang tersisa tinggal malaikat Izrail lalu Allah SWT menyuruhnya untuk mencabut nyawanya sendiri, demi melihat dahsyatnya sakarataul maut yang sedang terjadi terhadap dirinya, beliau mengatakan “Ya Allah seandainya saya tahu ternyata pedih sekali sakaratul maut ini, tidak akan tega saya mencabut nyawa seorang mukmin”.
Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah hingga barat dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya seperti seseorang yang sedang menghadap sebuah meja makan yang dipenuhi dengan pelbagai makanan yang siap untuk dimakan. Ia juga sanggup membolak-balikkan dunia sebagaimana kemampuan seseorang sanggup membolak-balikkan uang.
Sewaktu malaikat Izrail menjalankan tugasnya mencabut nyawa makhluk-makhluk dunia, ia akan turun ke dunia bersama-sama dengan dua kumpulan malaikat yaitu Malaikat Rahmat dan Malaikat ‘Azab.[1] Sedangkan untuk mengetahui dimana seseorang akan menemui ajalnya itu adalah tugas dari Malaikat Arham.
Walau bagaimanapun, Izrail bersama Jibril, Israfil dan Mikail pernah ditugaskan ketika Allah menciptakan Nabi Adam. Israil juga adalah antara Malaikat yang sering turun ke bumi untuk bertemu dengan para nabi antaranya ialah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Idris a.s.

C. SAKARATUL MAUT DAN KEMATIAN MUKMIN
Sesungguhnya seorang hamba mukmin apabila hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah putih seakan wajah mereka ibarat matahari. Mereka membawa kafan dan parfum dari surga. Mereka duduk di samping calon mayat sejauh mata memandang.
Diriwayatkan bahwa para malaikat ini mulai mencabut nyawa dari kaki sampai ke lututnya, kemudian diteruskan oleh para malaikat lainnya sampai ke perut, kemudian diteruskan lagi oleh para malaikat lainnya sampai ke kerongkongan, kemudian datanglah Malaikat maut Alaihis Salam dan duduklah di samping kepala calon mayat seraya berkata: “Wahai jiwa yang baik, wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan ridha dari Allah”.
Maka keluarlah rohnya dengan lembut seperti air yang menetes dari bibir tempat air. Malaikat maut-pun mengambilnya, setelah Malaikat mengambil ruh itu maka segera di masukkan dalam kafan yang dari surga tersebut dan diberi parfum yang dari surga itu. Lalu keluarlah dari ruh itu bau yang sangat wangi seperti bau parfum yang paling wangi di muka bumi ini.
Ketika telah keluar ruhnya maka para Malaikat di antara langit dan bumi mensalatinya, demikian pula semua Malaikat yang di langit. Dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit, semua penjaga pintu tersebut berdoa kepada Allah agar ruh tersebut lewat melalui pintunya.
Para Malaikat membawa ruh itu naik ke langit, dan tiap-tiap melalui rombongan Malaikat mereka selalu bertanya: “Ruh siapa yang wangi ini???” Para Malaikat yang membawanya menjawab: “Ini ruhnya Fulan bin Fulan”, sambil menyebutkan panggilan-panggilan terbaiknya selama di dunia.
Malaikat yang membawanya menyebutkan kebaikan-kebaikannya selama di dunia, Kebaikan-kebaikannya dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia bahkan dengan alam semesta. Tatkala telah sampai di langit dunia para Malaikat meminta dibukakan pintunya.
Malaikat penjaga pintu langit membuka pintu itu, kemudian semua Malaikat yang ada ikut mengiringi ruh itu sampai ke langit berikutnya hingga berakhir di langit ke tujuh. Lalu Allah berfirman: “Tulislah catatan amal hamba-Ku di Illiyyiin! Tahukah kamu apakah Illiyyiin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis (untuk mencatat amal orang yang baik)” (QS. Al-Muthaffifiin: 19-20).
Ditulislah catatan amalnya di Illiyyiin. Kemudian dikatakan: “Kembalikanlah ia ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka bahwa Aku menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka kepadanya serta membangkitkan mereka darinya pula pada kali yang lain”. Roh itu-pun dikembalikan ke bumi dan ke jasadnya.

D. SAKARATUL MAUT DAN KEMATIAN KAFIR
Sesungguhnya seorang hamba yang kafir atau fajir (banyak dosa), apabila hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turun kepadanya para Malaikat dari langit yang sangat keras lagi berwajah hitam sambil membawa kain yang kasar dari neraka. Para malaikat itu duduk disamping calon mayit sejauh mata memandang.
Diriwayatkan bahwa para malaikat ini mulai mencabut nyawa dari kaki sampai ke lututnya, kemudian diteruskan oleh para malaikat lainnya sampai ke perut, kemudian diteruskan lagi oleh para malaikat lainnya sampai ke kerongkongan, kemudian datang Malaikat maut Alaihis Salam dan duduk di samping kepalanya seraya berkata: “Wahai jiwa yang busuk keluarlah menuju murka dan kebencian dari Allah”. Roh itupun terkejut…Lalu Malaikat mencabutnya seperti mencabut alat pemanggang yang banyak cabangnya dari kain yang basah sehingga terputuslah urat-urat dan ototnya.
Malaikat itupun mengambil rohnya dan langsung memasukkannya kedalam kain kasar (yang dari neraka itu). Keluar dari ruh itu bau yang sangat busuk seperti bau paling busuk yang pernah ada di muka bumi ini.
Para Malaikat lalu membawa roh itu naik, tiadalah melalui rombongan Malaikat melainkan mereka selalu bertanya: “Roh siapa yang busuk ini?”…Para Malaikat yang membawanya menjawab: “Ini rohnya Fulan bin Fulan”, dengan menyebut panggilan-panggilan buruknya ketika di dunia…Malaikat yang membawanya menyebutkan keburukan-keburukanya selama di dunia…Keburukan-keburukannya dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia bahkan dengan alam semesta.
Semua malaikat di antara langit dan bumi melaknatinya (mengutuknya), juga semua malaikat yang di langit. Ditutup untuknya pintu-pintu langit. Masing-masing penjaga pintu berdoa kepada Allah agar ruh itu tidak lewat melalui pintunya.
Tatkala telah sampai di langit dunia mereka meminta agar dibuka pintunya dan ternyata tidak dibukakan. Kemudian Rasulullah shallallaahu alaihi wa ala alihi wa sallam membacakan: “Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (QS.Al-A?raaf: 40).
Lantas Allah berfirman: “Tulislah catatan amalnya di sijjiin, dibumi yang paling bawah”, Kemudian dikatakan: “Kembalikan hambaKu ke bumi karena Aku telah berjanji bahwa Aku menciptakan mereka darinya (tanah) dan mengembalikan mereka kepadanya serta mengeluarkan mereka darinya pula pada kali yang lain”.
Lalu rohnya dilempar dari langit sehingga terjatuh ke bumi, kemudian Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam membacakan ayat: “Dan barangsiapa menyekutukan Allah, maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31).

E. PERINTAH MENCABUT NYAWA DARI ‘ARSYI
Menurut kisah Kabil Akbar, Malaikat Maut tidak mengetahui kapan tiap-tiap makhluk yang akan mati. Dikatakan olehnya Allah telah menciptakan sebuah pohon (Sidrat al-Muntaha) di bawah ‘Arsy yang mana jumlah daunnya sama banyak dengan bilangan makhluk yang Allah ciptakan. Jika satu makhluk itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada Malaikat Maut, tahulah bahwa dia telah diperintahkan untuk mencabut nyawa orang yang tertulis pada daun tersebut. sampai ada daun dari pohon yang terletak di bawah ‘Arsy gugur.
Kemudian akan jatuh dua titisan dari arah ‘Arsy pada daun tersebut, titisan hijau ataupun putih. Hijau menandakan bakal si mayat akan mendapat kecelakaan sementara putih mengambarkan dia akan mendapat kebahagiaan.
Untuk mengetahui tempat makhluk mati, Allah telah menciptakan Malaikat Arham yang akan diperintahkan untuk memasuki sperma yang berada dalam rahim ibu dengan debu bumi yang akan diketahui di mana ia akan mati dan di situlah kelak ia pasti akan menemui ajalnya.

F. KISAH TENTANG MALAIKAT MAUT
Disebutkan bahwa suatu ketika Allah SWT. memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa seorang pemuda kafir.
Setelah mencabut nyawanya dan dibawa ke langit, beliau melewati serombongan malaikat dan mereka bertanya “Ya malaikat maut, kamu diberi tugas oleh Allah untuk mencabut nyawa mahluknya, apakah kamu tidak pernah sesekali merasa kasihan saat mencabut nyawa ?”.
Malaikat maut pun menjawab: “Iya sebenarnya aku pernah merasa iba, saat itu aku ditugaskan untuk mencabut nyawa seorang ibu yang baru melahirkan putranya di tengah hutan sendirian, aku merasa iba terhadap ibu karena harus berpisah dengan bayi tersebut dan meninggalkannya sendirian di tengah hutan dan aku merasa iba terhadap nasib bayi tersebut karena sendirian di tengah hutan”.
Para malaikat pun kembali bertanya: “Apakah kamu tau siapa roh yang baru saja kamu cabut ini ? dia adalah bayi dari ibu yang kamu ceritakan tadi”.
Mendengar hal ini, malaikat maut pun sujud kepada Allah SWT. dan berkata: “Ya Allah, hamba memohon ampun kepadaMu dan memohon terhindar dari makar-Mu. Karena sesungguhnya hanya Engkaulah yang maha berkehendak apakah seseorang hamba akan Engkau jadikan ahli surga atau ahli neraka.”

MALAIKAT ISRAFIL
Malaikat Israfil adalah salah satu di antara empat malaikat yang paling mulia dan bersaiz besar di sisi Allah SWT Ia ditugaskan untuk meniup sebanyak tiga kali tiupan sangkakala pada hari kiamat. Mungkin anda sering bertanya tanya Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh malaikat Israfil?” Mungkin yang ada di benak kita malaikat Israfil itu seperti sesosok seniman yang asyik mengelap terompet kecilnya sebelum tampil diatas panggung. Sebenarnya seperti apa sih terompetnya atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala malaikat Israfil itu?
Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.
Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata alam semesta berbentuk seperti terompet.
Di mana pada bagian ujung belakang terompet (baca alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable)

A. WUJUD
Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur’an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi : “ Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Faathir 35:1)”.
Kemudian dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jibril memiliki 600 sayap, Israfil memiliki 1200 sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril dan yang terakhir dikatakan bahwa Hamalat al-’Arsy memiliki 2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil.
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat Jibril .
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.
Beberapa sumber mengindikasikan bahwa, pada permulaan waktu Israfil memiliki empat sayap, sangat tinggi sehingga bisa meraih tiang-tiang surga. Malaikat yang rupawan ini merupakan penguasa musik, Israfil selalu bertasbih kepada Allah kedalam ribuan bahasa yang berbeda. Dari bawah kaki hingga ke kepalanya ada beberapa rambut, beberapa mulut, dan beberapa lidah yang tertutup hijab.
B. SANGKAKALA
Sangkakala atau sangka adalah sejenis alat tiup yang terbuat dari cangkang kerang. Alat tiup ini disebut sangkakala karena bernama sangka dan ditiup secara berkala atau bunyian berkala. Pada zaman dahulu sangkakala biasa digunakan dalam saat tertentu, seperti untuk meminta perhatian orang banyak, ketika hendak mulai berperang, mengumpulkan prajurit dan banyak lagi kegunaan sangkakala.
Dalam salah satu ajaran agama Abrahamik, yaitu Islam dikatakan bahwa salah satu malaikat yang bernama Israfil mempunyai tugas untuk meniupkan Shur (sangkakala) pada saat hari akhir. Ketika Allah telah selesai menjadikan alam semesta beserta isinya, lalu Allah membuat sangkakala dan meletakkannya di mulut Israfil. Kemudian dikisahkan Israfil selalu menatap kearah ‘Arsy, menanti kapan ia diperintahkan untuk meniup sangkakala tersebut.
Disebutkan pula dalam salah satu hadist, sangkakala itu bagaikan tanduk dari cahaya, dengan ukuran yang sangat besar dengan garis tengahnya seluas langit dan bumi (alam semesta). Dalam hadist lain dikatakan sangkakala malaikat Israfil terbuat dari tanduk, “Tanduk yang ditiup.”
Muhammad bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan sangkalala yang mempunyai empat cabang, yaitu cabang di Barat, di Timur, di bawah langit ketujuh bagian bawah dan diatas langit ketujuh bagian atas.”
Didalam sangkalala terdapat pintu-pintu sebanyak bilangan ruh dialam semesta dan di dalamnya ada 70 rumah, yaitu satu antaranya untuk ruh para nabi, satu rumah untuk ruh para malaikat, satu rumah untuk ruh para jin, satu rumah untuk ruh para manusia, satu rumah untuk ruh para binatang dan hingga genap 70 macam rumah dengan 70 jenis makhluk.
Walaupun nama “Israfil” tidak pernah di muncul dalam Al Qur’an, sebutan/julukan dibuat untuk malaikat yang membawa trompet suci ini, untuk mengidentifikasikan sosok ini: “ Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).(Az-Zumar 39:68)”
Israfil selalu memegang terompet suci yang terletak di bibirnya selama berabad-abad, menunggu perintah dari Tuhan untuk meniupnya pada hari kiamat. Pada hari itu ia akan turun ke bumi dan berdiri di batu/ bukit suci di Jerusalem.
Tiupan pertama akan menghancurkan dunia beserta isinya, tiupan kedua akan mematikan para malaikat dan tiupan ketiga akan membangkitkan orang-orang yang telah mati dan mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar.
Dalam tradisi Islam, ia dikatakan telah di kirim oleh Tuhan bersama malaikat utama yang lain, untuk mengumpulkan tanah dari empat penjuru dunia dan hanya Izrail saja yang berhasil dalam misi tersebut. Dengan tanah itulah Adam diciptakan.
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.
Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda :“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah”. Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?” Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.” Saya tanya : “Bagaimana besarnya?” Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali. Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.
Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.
Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bak rama – rama yang hidup di tengah – tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja.
Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 : “Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.”
Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.
“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak – anak jadi beruban dan setan – setan berlarian.”
Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, bagaimana dengan peniupnya dan bagaimana pula Sang Pencipta keduanya? Maha Besar Engkau Ya Allah, Allahu Akbar!

MALAIKAT MUNKAR
Munkar dalam Islam adalah malaikat yang menguji iman orang mati di kuburan mereka , walaupun ada referensi tidak ditemukan dalam Quran.
Banyak Muslim percaya bahwa, setelah kematian, jiwa seseorang melewati panggung bernama Barzakh, di mana ia ada di kuburan (bahkan jika tubuh orang tersebut dihancurkan, jiwa masih akan beristirahat di bumi di dekat tempat mereka kematian).
Pemeriksaan akan dimulai ketika pemakaman selesai dan orang terakhir dari jemaat pemakaman telah melangkah 40 langkah dari kuburan. Nakir dan Munkar menopang jiwa almarhum tegak di kubur dan menanyakan tiga pertanyaan: “Siapa Tuhanmu Siapa Nabimu Apa agamamu?”. Seorang mukmin saleh akan merespon dengan benar, mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, bahwa Muhammad adalah nabi mereka dan bahwa agama mereka adalah Islam. Jika jawaban benar almarhum, waktu yang dihabiskan menunggu kebangkitan yang menyenangkan. Mereka yang tidak menjawab seperti yang dijelaskan di atas dihukum sampai hari penghakiman.

A. WUJUD MALAIKAT MUNKAR
Malaikat Munkar digambarkan memiliki mata hitam solid, memiliki rentang bahu diukur dalam mil, dan membawa palu “begitu besar, bahwa jika semua umat manusia mencoba sekaligus untuk memindahkan mereka inci tunggal, mereka akan gagal”. Ketika mereka berbicara, lidah-lidah api berasal dari mulut mereka. Jika salah satu jawaban pertanyaan mereka salah, ada yang dipukuli setiap hari, selain hari Jumat, sampai Allah memberikan izin untuk pemukulan berhenti.
Muslim percaya bahwa seseorang benar akan menjawab pertanyaan tidak dengan mengingat jawaban sebelum kematian (bandingkan dengan Kitab Mesir Orang Mati) tetapi oleh iman dan perbuatan mereka seperti salat dan syahadat.

B. PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR DALAM KUBUR
Dalam kitab Manazilul Akhirah, stasiun-stasiun perjalanan Akhirat, disebutkan bahwa sakratul maut adalah stasiun yang pertama, dan alam kubur adalah stasiun yang kedua. Di alam kubur terdapat tiga terjal yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya menuju alam akhirat, yaitu: Kesepian di alam kubur, siksaan dan himpitan kubur, dan ketiga adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Dan ini adalah bagian yang terakhir dari jalan-jalan terjal yang harus dihadapi oleh manusia. Selanjuntnya manusia akan memasuki stasiun yang ketiga yaitu alam Barzakh.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222, hadis ke 23)
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pasti akan datang pada seorang mayit dua malaikat yang menakutkan, suaranya seperti halilintar, pandangan matanya seperti kilat petir yang menyambar. Mereka akan bertanya kepada sang mayit: Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu, dan apa agamamu? Mereka juga akan menanyakan tentang wilayah dan imamah,yakni kepada siapa ia berwilayah dan berimam.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan sangat sulit dijawab oleh seorang mayit, dan untuk menjawabnya ia butuh pertolongan. (Al- Al-Bihar 6: 215)
Dua malaikat Munkar dan Nakir menanyakan mayit dalam dua keadaan:
1. Ketika mayit dibaringkan di kubur.
Yang utama saat membaringkan mayit, tangan kanan ditelakkan pada bahu kanan, dan tangan kirinya pada bahu kiri.
2. Sesudah mayit dikuburkan.
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras, meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih 1: 108) Hal ini juga dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika talqin itu dibacakan kepada sang mayit, malaikat Munkar dan Nakir berkata : telah selesailah tugas kami, karena telah ditalqinkan padanya hujjahnya (jawabannya). (Al-Faqih 1: 173)
Ketika putera Abu Dzar yaitu Dzar meninggal, Abu Zar duduk di atas kuburnya, kemudian ia mengusapkan tangannya ke kuburnya, lalu ia berkata:
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu. Aduhai apa yang telah kukatakan? Dan apa yang dikatakan padamu? Ya Allah, aku telah memberikan kepadanya hakku yang Kau wajibkan atasnya, maka karuniakan kepadanya hak-Mu yang Kau wajibkan atasnya, dan Engkau lebih berhak dariku untuk mengkaruniakan kedermawanan dan kemuliaan.” (Al-Faqih 1: 185, hadis ke 558)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8)
Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata : “Jika seorang hamba yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan, maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud yang lain menyelamatkan dari enam arah.
Lalu wujud yang paling baik itu berkata kepada yang lain: siapakah kamu, semoga Allah membalas kebaikanmu.
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.” (Bihar Anwar 6: 234)
Tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban disebutkan dalam suatu riwaya t: “Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87)
Tentang keutamaan menghidupkan malam ke 23 bulan Ramadhan dan shalat seratus rakaat di dalamnya, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata antara lain : “Melindunginya (orang yang melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214)
Disarikan dari kitab Manazilul Akhirah, Syeikh Abbas Al-Qumi.
Berikut Adalah Soal Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir Kepada Mayat / Mayit di Alam Kubur (Alam Barzah) :
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
4. Siapa Imammu?
5. Dimana Kiblatmu?
6. Siapa Saudaramu?
Berikut Ini Adalah Jawaban Atas Pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir :
1. Siapa Tuhanmu? Allah SWT
2. Siapa Nabimu? Muhammad SAW
3. Apa Agamamu? Islam
4. Siapa Imammu? Al-Quran
5. Dimana Kiblatmu? Ka’bah
6. Siapa Saudaramu? Muslimin dan Muslimat

C. KISAH PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR
1. Kisah pertama
Seorang yang shaleh dari penduduk Kufah berkata: Pada suatu malam aku berada di masjid Jami’ Kufah. Pada malam itu turun hujan, lalu ada rombongan jema’ah mengetuk salah satu pintu masjid, yaitu pintu Muslim bin Aqil. Ternyata mereka membawa janazah, kemudian mereka membawanya masuk, melalui pintu Muslim bin Aqil (as). Salah seorang dari mereka nampak lelah lalu ia tertidur dan bermimpi, dalam mimpinya ia berkata kepada yang lain: Apa yang kita lihat tentangnya, apakah kita bersamanya terkena hisab atau tidak? Kemudian ia membuka wajah sang mayit, dan berkata kepada temannya: Kita akan dikenai hisab, mari kita cepat mengantarkannya sebelum kita terkena azabnya. Lalu ia terbangun dan menceritakan mimpinya kepada teman-temanya.
Orang shaleh itu berkata: kemudian mereka membawa janazah itu melewati kuburan suci, dan aku berkata : Allah-lah yang memiliki mutiara hikmah orang yang berkata : Jika aku mati, kuburkan aku di samping Haidar berdekatan dengannya aku akan termuliakan. Di dekatnya aku tidak takut pada neraka dan tidak takut pada Munkar dan Nakir Tercelalah orang yang berada di tempat perlindungan jika melepaskan tali onta di padang gembala (Irsyadul Qulub: 440) Kisah ini juga dikutip oleh Allamah Al-Majlisi.
2. Kisah kedua
Salah seorang guru besar, seorang peneliti Al-Bahbahani (ra) mengatakan: Aku melihat Aba Abdillah Al-Husein (sa) dalam mimpiku, lalu aku bertanya kepadanya: Ya Sayyidi wa Mawlaya, wahai Junjunganku dan Penghuluku, apakah orang yang dimakamkan di dekatmu ditanyakan oleh malaikat Munkar dan Nakir? Al-Husein (sa) menjawab: Malaikat siapa yang berani bertanya kepadanya (Dar salam 2: 148).
3. Kisah ketiga
Kisah ini dikisahkan oleh Syeikh An-Nuri mengutip dari kitab yang tulis oleh Sayyid Syamsuddin Muhammad bin Badi’ Ar-Ridhawi, salah seorang pemimpin pelayanan kuburan Imam Ar-Ridha (sa). Kisahnya sebagai berikut : Mir Muinuddin Asyraf, seorang pelayan yang baik di kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), berkata: Aku pernah bermimpi di salah satu kamar di Raudhah ini, aku keluar dari Raudhah untuk memperbaharui wudhu’. Ketika berjalan di dekat kuburan Mir Ali Syir, aku melihat rombongan orang banyak menuju ke halaman kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), di depan mereka ada seseorang yang wajahnya bercahaya. Ketika mereka sampai di halaman Rawdhah, beliau berkata kepada mereka: keluarkan mayit ini dari kuburan ini, keluarkan orang kotor yang ada di kuburan ini, sambil mengisyaratkan tangannya ke kuburan tertentu.
Ketika mereka hendak mengeluarkannya, aku bertanya kepada salah seorang dari mereka: siapakah pemimpin itu? Ia menjawab: Dia adalah Ali bin Abi Thalib (sa). Ketika kami hendak mengeluarkan mayit dari kuburan tersebut, keluarlah Imam yang kedua belas dari Rawdhah itu. Beliau menghadap kepada Imam Ali bin Thalib (sa). Setelah beliau mengucapkan salam, dan Imam Ali (sa) menjawab salamnya, beliau berkata: Wahai kakekku, aku mohon padamu agar memaafkannya, dan membiarkan ia di sini.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Tahukah kamu, dia adalah seorang yang fasik dan durjana, ia peminum khomer.
Beliau berkata: Benar, tapi ia berwasiat sebelum meninggal agar ia dikuburkan di dekatku, Karena itu, aku mohon engkau memaafkannya. Imam Ali (sa) berkata: Aku serahkan padamu kedurjanaannya. Kemudian Ali (sa) pergi.
Lalu aku terbangun ketakutan, dan aku membangun sebagian pelayan kuburan suci Imam Ar-Ridha. Kemudian aku pergi bersamanya ke kuburan tersebut. Ternyata di situ ada kuburan baru, dan aku bertanya kepada temanku tentang penghuninya. Ia berkata: penghuni kuburan baru ini adalah orang Turki, baru dikuburkan kemarin. (Dar Salam 1: 267-268)
Syeikh Abbas Al-Qumi, penulis kitab Manazilul Akhirah dan kitab Mafatihul, mengkisahkan: Kisah mulia dari Al-Hajj Ali Al-Baghdadi pernah berjumpa dengan Imam Mahdi (aj), dan bertanya kepadanya: Benarkah orang yang mengatakan bahwa orang yang berziarah kepada Al-Husein (sa) pada malam Jum’at, ia akan memperoleh keamanan? Beliau menjawab: Demi Allah, itu benar.
Aku (Ali Al-Baghdadi) bertanya lagi: wahai Junjungan kami, kami pernah berziarah kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) pada tahun 1269, lalu kami bertemu di Duruj (salah satu kota di Iran, dekat Burujard) dengan salah seorang arab bagian timur, dari penduduk desa tenggara dari kota Najef Al-Asyraf, lalu kami bertanya kepadanya : Bagaimana wilayah Ali Ar-Ridha (sa)? Ia menjawab: makam Imam Ali Ar-Ridha (as) adalah surga, sampai sekarang aku sudah lima belas hari, aku makan dari harta Junjunganku Ar-Ridha (sa), bagaimana mungkin Malaikat Munkar dan Nakir berani mendekat kepadaku di kuburan ini, sementara darah dan dagingku berasal dari makanan Imam Ar-Ridha (sa) selama aku bertamu kepadanya.
Benarkah bahwa Ali bin Musa Ar-Ridha (sa) dapat menyelamatkan dia dari Munkar dan Nakir? Imam Mahdi (aj) menjawab: Demi Allah, itu benar, sungguh kakekku yang penjaminnya. (An-Najm Ats-Tsaqib oleh Syeikh An-Nuri, jilid 2: 156)

MALAIKAT NAKIR
Nakir dalam Islam adalah malaikat yang menguji iman orang mati di kuburan mereka, walaupun ada referensi tidak ditemukan dalam Quran.
Banyak Muslim percaya bahwa, setelah kematian, jiwa seseorang melewati panggung bernama Barzakh, di mana ia ada di kuburan (bahkan jika tubuh orang tersebut dihancurkan, jiwa masih akan beristirahat di bumi di dekat tempat mereka kematian).
Pemeriksaan akan dimulai ketika pemakaman selesai dan orang terakhir dari jemaat pemakaman telah melangkah 40 langkah dari kuburan. Nakir dan Munkar menopang jiwa almarhum tegak di kubur dan menanyakan tiga pertanyaan: “Siapa Tuhanmu Siapa Nabimu Apa agamamu?”. Seorang mukmin saleh akan merespon dengan benar, mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, bahwa Muhammad adalah nabi mereka dan bahwa agama mereka adalah Islam. Jika jawaban benar almarhum, waktu yang dihabiskan menunggu kebangkitan yang menyenangkan. Mereka yang tidak menjawab seperti yang dijelaskan di atas dihukum sampai hari penghakiman.

A. WUJUD MALAIKAT NAKIR
Malaikat-malaikat digambarkan memiliki mata hitam solid, memiliki rentang bahu diukur dalam mil, dan membawa palu “begitu besar, bahwa jika semua umat manusia mencoba sekaligus untuk memindahkan mereka inci tunggal, mereka akan gagal”. Ketika mereka berbicara, lidah-lidah api berasal dari mulut mereka. Jika salah satu jawaban pertanyaan mereka salah, ada yang dipukuli setiap hari, selain hari Jumat, sampai Allah memberikan izin untuk pemukulan berhenti.
Muslim percaya bahwa seseorang benar akan menjawab pertanyaan tidak dengan mengingat jawaban sebelum kematian (bandingkan dengan Kitab Mesir Orang Mati) tetapi oleh iman dan perbuatan mereka seperti salat dan syahadat.

B. PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR DALAM KUBUR
Dalam kitab Manazilul Akhirah, stasiun-stasiun perjalanan Akhirat, disebutkan bahwa sakratul maut adalah stasiun yang pertama, dan alam kubur adalah stasiun yang kedua. Di alam kubur terdapat tiga terjal yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya menuju alam akhirat, yaitu: Kesepian di alam kubur, siksaan dan himpitan kubur, dan ketiga adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Dan ini adalah bagian yang terakhir dari jalan-jalan terjal yang harus dihadapi oleh manusia. Selanjuntnya manusia akan memasuki stasiun yang ketiga yaitu alam Barzakh.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Barangsiapa yang mengingkari tiga hal, ia bukan pengikutku: mi`raj Nabi saw, pertanyaan di alam kubur, dan syafaat.” (Biharul Anwar 6: 222, hadis ke 23)
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pasti akan datang pada seorang mayit dua malaikat yang menakutkan, suaranya seperti halilintar, pandangan matanya seperti kilat petir yang menyambar. Mereka akan bertanya kepada sang mayit: Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu, dan apa agamamu? Mereka juga akan menanyakan tentang wilayah dan imamah,yakni kepada siapa ia berwilayah dan berimam.
Pertanyaan-pertanyaan itu akan sangat sulit dijawab oleh seorang mayit, dan untuk menjawabnya ia butuh pertolongan. (Al- Al-Bihar 6: 215)
Dua malaikat Munkar dan Nakir menanyakan mayit dalam dua keadaan:
1. Ketika mayit dibaringkan di kubur.
Yang utama saat membaringkan mayit, tangan kanan ditelakkan pada bahu kanan, dan tangan kirinya pada bahu kiri.
2. Sesudah mayit dikuburkan.
Disunnahkan bagi walinya atau keluarga terdekatnya sesudah para pengantar meninggalkan kuburnya, mereka duduk di dekat kepalanya dan mentalqin dengan suara yang agak keras, meletakkan kedua tangannya ke kuburnya, dan mendekatkan mulutnya ke kuburnya. (Al-Faqih 1: 108) Hal ini juga dapat diwakilkan kepada orang lain.
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika talqin itu dibacakan kepada sang mayit, malaikat Munkar dan Nakir berkata : telah selesailah tugas kami, karena telah ditalqinkan padanya hujjahnya (jawabannya). (Al-Faqih 1: 173)
Ketika putera Abu Dzar yaitu Dzar meninggal, Abu Zar duduk di atas kuburnya, kemudian ia mengusapkan tangannya ke kuburnya, lalu ia berkata:
“Semoga Allah menyangimu wahai Dzar. Demi Allah, jika kamu termasuk anak yang berbakti kepadaku, engkau telah dipanggil oleh Tuhanmu dan aku ridha padamu. Demi Allah, aku ridha atas kepergianmu dan ridha kepada Yang Memanggilmu, aku tidak mengharap hajatku kepada selain Allah; kalau sekiranya datang kepadamu hal yang menakutkan, aku bahagia sekiranya Allah menggantikan keadaanmu padaku. Aku sedih kalau engkau memperoleh kesedihan. Demi Allah, aku tidak menangisi kepergianmu, tetapi aku menangisi apa yang akan terjadi padamu. Aduhai apa yang telah kukatakan? Dan apa yang dikatakan padamu? Ya Allah, aku telah memberikan kepadanya hakku yang Kau wajibkan atasnya, maka karuniakan kepadanya hak-Mu yang Kau wajibkan atasnya, dan Engkau lebih berhak dariku untuk mengkaruniakan kedermawanan dan kemuliaan.” (Al-Faqih 1: 185, hadis ke 558)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata : “Jika seorang mukmin dimasukkan ke kuburnya, shalatnya berada di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya, kebajikannya menaunginya, dan kesabarannya di sisinya. Ketika malaikat Munkar dan Nakir datang yang pertanyaannya ditakuti, maka kesabarannya berkata pada shalatnya, zakat dan kebajikannya, akulah yang akan mendampinginya jika kamu tidak mampu mengahapinya.” (Al-Kafi 2: 90, hadis ke 8)
Imam Ja’far Ash-Shadiq dan Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata : “Jika seorang hamba yang mukmin meninggal, maka masuklah bersamannya ke kuburnya enam wujud makhluk. Pada wujud makhluk itu nampaklah kebaikan wajahnya, keindahan keadaannya, keharuman baunya dan kebersihan bentuknya. Satu wujud berdiri di sebelah kanannya, satu wujud lagi berdiri di sebelah kirinya, satu wujud lagi di belakangnya, dan wujud yang lain di depannya, dan wujud yang paling baik berada di atas kepalanya. Ketika wujud keburukan datang dari sebelah kanan, maka wujud yang di sebelah kanan melindunginya dari arah kanan, demikian juga wujud-wujud yang lain menyelamatkan dari enam arah.
Lalu wujud yang paling baik itu berkata kepada yang lain: siapakah kamu, semoga Allah membalas kebaikanmu.
Yang di sebelah kanan menjawab: aku adalah shalat.
Yang di sebelah kiri menjawab: aku adalah zakat.
Yang di depan menjawab: aku adalah puasa.
Yang belakang menjawab: aku adalah haji dan umrah.
Yang di arah kaki menjawab: aku adalah kebajikan dari menyambungkan silaturrahim.
Kemudian wujud-wujud yang lain bertanya kepada wujud yang ada di atas kepalanya: Siapakah kamu? Wajahmu paling baik di antara kami, paling harum baunya, paling indah keadaannya.
Wujud itu menjawab: aku adalah wilayah kepada keluarga Muhammad saw.” (Bihar Anwar 6: 234)
Tentang keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban disebutkan dalam suatu riwaya t: “Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, malaikat Munkar dan Nakir akan bersikap lembut saat bertanya kepadanya.” (Tsawabul A’mal: 87)
Tentang keutamaan menghidupkan malam ke 23 bulan Ramadhan dan shalat seratus rakaat di dalamnya, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata antara lain : “Melindunginya (orang yang melakukannya) dari ketakutan terhadap Munkar dan Nakir, dan ia akan keluar dari kuburnya dengan cahayanya yang menyinari penghuni kubur.” (Iqbalul A’mal: 214)
Disarikan dari kitab Manazilul Akhirah, Syeikh Abbas Al-Qumi.
Berikut Adalah Soal Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir Kepada Mayat / Mayit di Alam Kubur (Alam Barzah) :
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
4. Siapa Imammu?
5. Dimana Kiblatmu?
6. Siapa Saudaramu?
Berikut Ini Adalah Jawaban Atas Pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir :
1. Siapa Tuhanmu? Allah SWT
2. Siapa Nabimu? Muhammad SAW
3. Apa Agamamu? Islam
4. Siapa Imammu? Al-Quran
5. Dimana Kiblatmu? Ka’bah
6. Siapa Saudaramu? Muslimin dan Muslimat

C. KISAH PERTANYAAN MALAIKAT MUNKAR DAN NAKIR
1. Kisah pertama
Seorang yang shaleh dari penduduk Kufah berkata: Pada suatu malam aku berada di masjid Jami’ Kufah. Pada malam itu turun hujan, lalu ada rombongan jema’ah mengetuk salah satu pintu masjid, yaitu pintu Muslim bin Aqil. Ternyata mereka membawa janazah, kemudian mereka membawanya masuk, melalui pintu Muslim bin Aqil (as). Salah seorang dari mereka nampak lelah lalu ia tertidur dan bermimpi, dalam mimpinya ia berkata kepada yang lain: Apa yang kita lihat tentangnya, apakah kita bersamanya terkena hisab atau tidak? Kemudian ia membuka wajah sang mayit, dan berkata kepada temannya: Kita akan dikenai hisab, mari kita cepat mengantarkannya sebelum kita terkena azabnya. Lalu ia terbangun dan menceritakan mimpinya kepada teman-temanya.
Orang shaleh itu berkata: kemudian mereka membawa janazah itu melewati kuburan suci, dan aku berkata : Allah-lah yang memiliki mutiara hikmah orang yang berkata : Jika aku mati, kuburkan aku di samping Haidar berdekatan dengannya aku akan termuliakan. Di dekatnya aku tidak takut pada neraka dan tidak takut pada Munkar dan Nakir Tercelalah orang yang berada di tempat perlindungan jika melepaskan tali onta di padang gembala (Irsyadul Qulub: 440) Kisah ini juga dikutip oleh Allamah Al-Majlisi.
2. Kisah kedua
Salah seorang guru besar, seorang peneliti Al-Bahbahani (ra) mengatakan: Aku melihat Aba Abdillah Al-Husein (sa) dalam mimpiku, lalu aku bertanya kepadanya: Ya Sayyidi wa Mawlaya, wahai Junjunganku dan Penghuluku, apakah orang yang dimakamkan di dekatmu ditanyakan oleh malaikat Munkar dan Nakir? Al-Husein (sa) menjawab: Malaikat siapa yang berani bertanya kepadanya (Dar salam 2: 148).
3. Kisah ketiga
Kisah ini dikisahkan oleh Syeikh An-Nuri mengutip dari kitab yang tulis oleh Sayyid Syamsuddin Muhammad bin Badi’ Ar-Ridhawi, salah seorang pemimpin pelayanan kuburan Imam Ar-Ridha (sa). Kisahnya sebagai berikut : Mir Muinuddin Asyraf, seorang pelayan yang baik di kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), berkata: Aku pernah bermimpi di salah satu kamar di Raudhah ini, aku keluar dari Raudhah untuk memperbaharui wudhu’. Ketika berjalan di dekat kuburan Mir Ali Syir, aku melihat rombongan orang banyak menuju ke halaman kuburan mulia Imam Ar-Ridha (sa), di depan mereka ada seseorang yang wajahnya bercahaya. Ketika mereka sampai di halaman Rawdhah, beliau berkata kepada mereka: keluarkan mayit ini dari kuburan ini, keluarkan orang kotor yang ada di kuburan ini, sambil mengisyaratkan tangannya ke kuburan tertentu.
Ketika mereka hendak mengeluarkannya, aku bertanya kepada salah seorang dari mereka: siapakah pemimpin itu? Ia menjawab: Dia adalah Ali bin Abi Thalib (sa). Ketika kami hendak mengeluarkan mayit dari kuburan tersebut, keluarlah Imam yang kedua belas dari Rawdhah itu. Beliau menghadap kepada Imam Ali bin Thalib (sa). Setelah beliau mengucapkan salam, dan Imam Ali (sa) menjawab salamnya, beliau berkata: Wahai kakekku, aku mohon padamu agar memaafkannya, dan membiarkan ia di sini.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Tahukah kamu, dia adalah seorang yang fasik dan durjana, ia peminum khomer.
Beliau berkata: Benar, tapi ia berwasiat sebelum meninggal agar ia dikuburkan di dekatku, Karena itu, aku mohon engkau memaafkannya. Imam Ali (sa) berkata: Aku serahkan padamu kedurjanaannya. Kemudian Ali (sa) pergi.
Lalu aku terbangun ketakutan, dan aku membangun sebagian pelayan kuburan suci Imam Ar-Ridha. Kemudian aku pergi bersamanya ke kuburan tersebut. Ternyata di situ ada kuburan baru, dan aku bertanya kepada temanku tentang penghuninya. Ia berkata: penghuni kuburan baru ini adalah orang Turki, baru dikuburkan kemarin. (Dar Salam 1: 267-268)
Syeikh Abbas Al-Qumi, penulis kitab Manazilul Akhirah dan kitab Mafatihul, mengkisahkan: Kisah mulia dari Al-Hajj Ali Al-Baghdadi pernah berjumpa dengan Imam Mahdi (aj), dan bertanya kepadanya: Benarkah orang yang mengatakan bahwa orang yang berziarah kepada Al-Husein (sa) pada malam Jum’at, ia akan memperoleh keamanan? Beliau menjawab: Demi Allah, itu benar.
Aku (Ali Al-Baghdadi) bertanya lagi: wahai Junjungan kami, kami pernah berziarah kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) pada tahun 1269, lalu kami bertemu di Duruj (salah satu kota di Iran, dekat Burujard) dengan salah seorang arab bagian timur, dari penduduk desa tenggara dari kota Najef Al-Asyraf, lalu kami bertanya kepadanya : Bagaimana wilayah Ali Ar-Ridha (sa)? Ia menjawab: makam Imam Ali Ar-Ridha (as) adalah surga, sampai sekarang aku sudah lima belas hari, aku makan dari harta Junjunganku Ar-Ridha (sa), bagaimana mungkin Malaikat Munkar dan Nakir berani mendekat kepadaku di kuburan ini, sementara darah dan dagingku berasal dari makanan Imam Ar-Ridha (sa) selama aku bertamu kepadanya.
Benarkah bahwa Ali bin Musa Ar-Ridha (sa) dapat menyelamatkan dia dari Munkar dan Nakir? Imam Mahdi (aj) menjawab: Demi Allah, itu benar, sungguh kakekku yang penjaminnya. (An-Najm Ats-Tsaqib oleh Syeikh An-Nuri, jilid 2: 156)
MALAIKAT RAQIB
A. PENGERTIAN DAN TUGAS MALAIKAT RAQIB
Raqib adalah nama malaikat yang menulis segala amalan kebaikan kita. Malaikat Raqib biasanya bersama dikaitkan bersama malaikat Atid. Contoh ketika kita melakukan salat,maka akan dicatat malaikat Raqib.
Sebenarnya tidak ada penjelasan lebih lanjut dari Al Qur’an atau hadits yang menyatakan bahwa nama malaikat ini bernama Raqib, hanya Kirâman Kâtibîn saja yang disebutkan di dalam surah Qaaf, Al Infithaar dan Az-Zukhruf.
Tugas utama Malaikat Raqib dari Allah cuma satu: mencatat kelakuan baik serta kelakuan jahat kita. Mereka sangat jujur dan tak pernah bermaksiat kepada Allah. Mencatat apa adanya. Baik ya baik, buruk tetap buruk. Mereka tidak ditugaskan untuk mengolah, menganalisis, menyimpulkan apalagi menjatuhkan vonis sebagaimana intelijen kampung yang seringkali bias atas nama kepentingan.
Mereka hanya menyetor data. Soal keputusannya, semata di tangan Allah SWT.
Malaikat Raqib bertugas hanya mencatat yang baik-baik saja dari kita, sedang Malaikat ‘Atid sebaliknya, cuma mencatat yang buruk-buruk. Keduanya dikenal sangat jujur, tulus dalam bertugas serta sungguh jauh dari pamrih. Singgasana mereka di surga tetapi prajuritnya sungguh tak terhitung.
Tak ada sepotong nyawa pun yang tidak memiliki buku stambuk dan buku induk pencatatan amal kita. Semuanya serba lengkap dengan superkomputer yang teramat canggih. Pada waktunya, kepada kita akan dipertunjukkan catatan-catatan serta jejak rekam kita selama menjadi penghuni di alam yang serba cepat ini.
Kini kalau kita berhitung secara jujur, manakah di antara dua malaikat itu yang paling sering menuangkan catatannya untuk kita. Tampaknya tanpa dikomando telunjuk ini akan mengarah kepada Malaikat ‘Atid. Kalau dihitung-hitung pula, maka secara logika Malaikat ‘Atid akan jauh lebih aktif membuat catatan dibanding Malaikat Raqib yang mungkin hanya tersenyum dan geleng-geleng karena tak terlalu banyak amal yang bisa dimasukkan dalam Buku Induk.
Tumpukan dosa-dosa akan terus menjadi daftar pertama Buku Induk Malaikat ‘Atid dalam setiap pergantian tahun karena Allah sudah menyediakan buku baru bagi timbunan dosa yang tak terhitung ini. Kalau tidak karena Allah Mahakuasa menjadikan Malaikai ‘Atid memiliki daya juang yang luar biasa, boleh jadi beliau akan merasa bosan dan protes kepada anak Adam. Tapi, begitulah tugas mulia kedua malaikat al-muqorrobin ini. Mereka tidak pernah protes apalagi menyatakan keberatannya sebagaimana pernah dilakukan Iblis.

B. SIFAT MALAIKAT RAQIB
Seperti halnya kita, malaikat juga memiliki sifat yang memiliki ciri bagi mereka. Malaikat memiliki keistimewaan-keistimewaan yang merupakan sifat-sifatnya sebagai berikut:
1. Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan dari cahaya (nur).
Rasulullah bersabda : “Malaikat itu diciptakan dari cahaya (nur), jin diciptakan dari nyala api, dan Adam (manusia) diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu (tanah liat).” (H.R. Muslim)
2. Malaikat adalah makhluk yang selalu patuh kepada Allah.
Allah berfirman: “… yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim : 6 )
3. Malaikat tidak berjenis kelamin laki-laki, perempuan, juga tidak waria
4. Malaikat diberi kemampuan menjelma menjadi bentuk bermacam-macam atas seizin Allah
5. Malaikat sanggup melaksanakan tugas seberat apapun tanpa mengeluh, bahkan selalu bertasbih kepada-Nya Firman Allah: “Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.” {Q.S Al-Anbiya’ :19-20}
6. Malaikat dapat menempuh jarak berapapun jauhnya dalam waktu yang singkat.
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa Malaikat Raqib memiliki sayap dengan berbagai warna. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dan memberitahukan bentuk Jibril ‘alaihissalaam yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk. Kita tidak perlu mempersoalkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat melihat enam ratus sayap dan bagaimana pula cara beliau menghitungnya? Padahal satu sayap saja dapat menutupi ufuk? Kita jawab: “Selagi hadits tersebut shahih dan para ulama menshahihkan sanadnya maka kita tidak membahas mengenai kaifiyat (bagaimananya), karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan kepada Nabi-Nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal yang tidak dapat dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran.”
Allah ta’ala menceritakan bahwa sayap yang dimiliki malaikat memiliki jumlah bilangan yang berbeda-beda. “Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir: 1)
Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu -dengan kekuasaan Allah- bisa berubah bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan Ihsan. Demikian juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth ‘alaihimassalaam, mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allh Swt, diciptkan dari cahaya dan senantiasa taat, patuh terhadap segala perintah Allah. Jumlah malaikat banyak sekali. Namun ada sepuluh yang wajib kita ketahui, yakni malaikat Jibril, Mikail, Izril, Israfil, Munkar, Nakir, Rakib, Atid, Malik dan Ridwan.
Mereka tidak memiliki fisik seperti manusia tetapi atas izin Allah ia dapat menyeupai manusia. Dengan mengimani malaikat-malaikat serta memahami fungsi dan tugasnya, manusia harus berhati-hati bertindak dan berucap dalam kehidupan sehari-hari, agar di kemudian hari akibat amal perbuatan kita yang saleh yang dicatat oleh para malaikat akan menempatkan kita ke dalam surga. Tetapi sebaliknya, Malaikat Izrail akan mencabut nyawa manusia dengan keras jika amal perbuatan di dunia lebih banyak jahatnya ketimbang perbutan baiknya.

C. DALIL & HADIST TENTANG MALAIKAT RAQIB
Sebagian ulama menjelaskan bahwa diantara malaikat ada yang benama Raqib dan ‘Atid. Allah Ta’ala berfirman : “Maa yalfizhu min qaulin illaa laday Hi raqiibun ‘atiidun” yang artinya ” Tidak suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf : 18)
Malaikat yang bertugas mencatat segala ucapan dan amal perbuatan buruk manusia. Tentang keberadaan malaikat Raqib dan Atid ini diterangkan oleh Allah SWT “ Tiada suatu yang diucapkan manusia, melainkan didekatnya ada (yang mencatatnya, yakni) Raqib dan Atid.” (QS. Qaf : 18).
Namun demikian pendapat ini tidak benar, wallaHu a’lam. Keduanya hanya sifat bagi dua malaikat yang mencatat perbuatan hamba. Makna Raqib dan ‘Atid ialah dua malaikat yang hadir, menyaksikan di dekat hamba, bukan dua nama dari dua malaikat (al Bidaayah wan Nihaayah I/35-49)
Dari Anas r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya Allah telah menugaskan dua Malaikat untuk menulis segala apa yang dilakukan atau dituturkan oleh seseorang hamba-Nya (satu di sebelah kanannya dan yang satu lagi di sebelah kirinya); kemudian apabila orang itu mati – maka Tuhan perintahkan kedua Malaikat itu dengan firman-Nya: “Hendaklah kamu berdua tinggal tetap di kubur hamba-Ku itu serta hendaklah kamu mengucap tasbih, tahmid dan takbir hingga ke hari qiamat dan hendaklah kamu menulis pahalanya untuk hamba-Ku itu.” (Abu al-Syeikh dan Tabarani)
Dalam hadits shahih yang lain Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda : “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diciptakan kepada kalian” (HR. Muslim no. 2996, dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa)

D. HIKMAH BERIMAN KEPADA MALAIKAT
Sebagai salah satu rukun iman, keyakinan adanya malaikat memiliki hikmah, diantaranya:
a. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di banding makhluk lainya termasuk para malaikat, namun ibadah dan kesyukuran yang ditampilkan manusia tidak sebanding dengan ibadah dan kesyukuran yang ditunjukan oleh para malaikat. Dengan iman kepada para malaikat dan mengenali mereka secara benar, manusia akan sadar akan kelemahan dan kedurhakaanya kepada Allah swt
b. Manusia akan senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak akan sewenang-wenang berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama.
c. Senantiasa berusaha mengadakan hubungan dengan para malaikat dengan jalan mensucikan jiwa dan meningkatkan ibadah kepada Allah, sebab seorang akan sangat beruntung apabila termasuk golongan yang sering didoakan oleh para malaikat tidak pernah ditolak Tuhan.
d. Untuk menambah ketakwaan kepada Allah, sebab segala perbuatan dan tindak-tanduk yang dilakukan manusia tidak luput dari pengamatan Allah.

MALAIKAT ‘ATID
A. DEFNISI MALAIKAT ATID
Malaikat ‘Atid adalah nama malaikat yang bertugas untuk menulis segala amalan keburukan kita. Malaikat Atid biasanya bersama dikaitkan bersama dengan malaikat Raqib.
Sebenarnya tidak ada penjelasan lebih lanjut dari Al Qur’an atau hadits yang menyatakan bahwa nama malaikat ini bernama Atid, hanya Kirâman Kâtibîn saja yang disebutkan di dalam surah Qaaf, Al Infithaar dan Az-Zukhruf.
Malaikat ‘Atid adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan.
Yang pasti semua manusia ingin bertemu dengan malaikat izrail yang mencabut nyawa kita dengan lemah lembut tanpa rasa sakit, malaikat munkar dan nakir dengan penampakan yang baik serta lemah lembut dalam menginterogasi kita, malaikat rakib yang memiliki catatan amal baik kita yang tebal, malaikat atid yang hanya memiliki beberapa catatan buruk kita dan malaikat ridwan yang mempersilahkan masuk ke dalam surga yang kekal dan abadi.
Malaikat Atid adalah makhluq Allah yang dijadikan daripada cahaya . Mereka pandai bersalin rupa dan dapat memotong perjalanan yang jauh dalam satu detik saja .
Sesungguhnya arti Malaikat adalah yang memiliki pekerjaan tertentu pada masing-masing bagiannya . Dan malaikat ini Tuhan jadikan tidak sedikit jumlahnya , lebih banyak malaikat dari pada manusia .
Coba saja kita bayangkan , tiap-tiap orang ada 2 malaikat yaitu Raqib dan ‘Atid yang mana masing-masing di tugaskan pada pekerjaan tertentu .
Raqib mempunyai tugas menulis amal dan perkataan manusia yang mengandung kebaikan .
Sedangkan ‘Atid bertugas menulis amal dan perkataan manusia yang mengandung keburukan .
Malaikat itu bisa berganti rupa , tegasnya bisa berupa manusia . Nabi Muhammad s.a.w sering kedatangan Jibril membawa wahyu dengan rupanya seperti orang laki-laki muda dan tampan .
Malaikat itu Tuhan ciptakan tidak mempunyai ibu dan bapak . Tidak makan tidak minum , tidak tidur tidak lupa dan tidak merasa letih . Mereka bukan jenis laki-laki dan bukan jenis perempuan dan juga bukan banci . Mereka tidak mempunyai nafsu syahwat atau birahi namun demikian mereka taat akan perintah Allah , tidak berani melanggarnya atau melalaikan tugasnya
Seperti firman Allah didalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut : ” Hai orang-orang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu akan api neraka , yang mana bara apinya terdiri dari manusia dan batu-batu . Di sana ada malaikat-malaikat yang kejam dan bengis , mereka tidak melawan perintah Allah dan mereka kerjakan apa yang diperintah .”
Pernah Nabi kita Muhammad s.a.w ketika Mi’raj melintasi langit-langit dari langit pertama sampai langit ketujuh . Sebagaimana sedikit pembahasan nya tentang Mi’raj ini pada postingan terdahulu Dimanakah Berada Ruh-Ruh Orang Yang Sudah Mati , Dimana Nabi Muhammad s.a.w yang ditemani malaikat Jibril , melihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah para malaikat dan tak lain pekerjaan mereka itu , kata Nabi adalah bertahmid dan bertasbih kepada Allah SWT dengan macam-macam pujian dan sanjungan kepada Tuhan dengan irama lagu yang sangat merdu .
Demikian pula Nabi melihat di ‘Arsy Allah , tidak lain penghuninya adalah malaikat . Kemudian ‘Arsy Allah itu dipegang atau ditanggung oleh delapan orang malaikat .
Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Haaqqah ayat 17 :
” Dan malaikat berada di penjuru langit , dan yang membawa ‘Arsy Tuhanmu pada hari itu adalah delapan orang malaikat .”
Dan malaikat-malaikat itu mempunyai kekuatan yang luar biasa , di mana ketika Tuhan akan menyiksa umat Nabi Luth a.s yang sudah melewati batas yaitu mereka sudah menjadi suka melakukan homosex sesama laki-laki , yaitu penduduk negeri Sadum dan Gamurah . Bukan seorang dua orang , hampir rata-rata semua laki-laki melakukan demikian . Maka tatkala diberi nasihat oleh Nabi Luth a.s mereka tidak ambil perduli .
Akhirnya Tuhan binasakan penduduknya dengan diangkat bumi negeri itu dengan kedua tangan malaikat ke udara yang sangat tinggi kemudian dibalikkan ke bawah , seperti orang membalikkan tetampah , maka berpelantingan rumah-rumah dan manusia yang sedang tidur melayang jatuh terhempas ke bawah , hancur lebur bagaikan kaca jatuh di batu . Demikian kekuatan tenaga malaikat .
Malaikat Atid dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggona manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka.
Malaikat Atid tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT. Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblik akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.

B. HADIST TENTANG MALAIKAT ATID
Dari Abu Umamah r.a., dari Nabi s.a.w. sabdanya: Malaikat yang di sebelah kanan (yang menjadi penulis kebaikan) ialah ketua kepada yang di sebelah kiri; maka apabila seseorang melakukan sesuatu kebaikan, dituliskan baginya kebaikan itu menjadi sama dengan sepuluh kebaikan yang tersebut dan apabila ia melakukan sesuatu kejahatan, lalu Malaikat yang di sebelah kiri hendak menulisnya, berkatalah Malaikat yang di sebelah kanan tunggu dahulu; lalu ia menunggu selama enam atau tujuh jam; kemudian jika orang itu beristighfar dari perbuatan jahat itu, tidaklah dituliskan sesuatu pun; dan jika ia tidak meminta ampun kepada Allah Taala, dituliskan baginya satu kejahatan saja.” (Tabarani dan Ibn Marduwiah)
Dalam Hadis ini diterangkan beberapa perkara mengenai kedua Malaikat itu :
1. Satu berada di sebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri setiap orang manusia.
2. Yang di sebelah kanan ialah yang menulis amal kebaikan dan menjadi ketua kepada yang di sebelah kiri, yang menulis amal jahat.
3. Tiap-tiap satu kebajikan ditulis dengan sepuluh kebajikan, dan tiap-tiap satu kejahatan ditulis satu kejahatan sahaja.
4. Amal jahat tidak ditulis melainkan setelah diberi tempoh enam atau tujuh jam – dengan arahan dari Malaikat sebelah kanan.
5. Sekiranya orang yang melakukan kejahatan itu beristighfar memohon ampun dari Allah Taala dalam tempoh yang tersebut, maka kejahatan itu tidak ditulis.
Allah s.w.t Maha Mengetahui akan segala yang lahir dan yang tersembunyi, tetapi bagi melahirkan kebesaran kerajaan-Nya dan keadilan pemerintahan-Nya maka segala apa jua yang dilakukan oleh setiap manusia – sama ada yang baik atau yang buruk – diperintahkan menulisnya dalam surat amalnya oleh dua Malaikat yang ditugaskan khas mengenainya supaya dapat dilihat dan dibaca oleh orang itu sendiri pada hari akhirat kelak.
Kedua-dua Malaikat yang tersebut – sebagaimana yang diterangkan dalam hadis ini – tidak bercerai daripada orang itu walau sesudah ia meninggal dunia.
Mereka diperintahkan tinggal tetap di kuburnya bertasbih, bertahmid dan bertakbir hingga ke hari qiamat dan pahala zikir mereka yang tersebut ditulis oleh mereka dalam surat amal orang itu. Sebaliknya jika ia kafir, maka mereka melaknatnya hingga ke hari qiamat.

C. KISAH MALAIKAT ATID
Yunus bin Ubaid dari Al-Hasan berkata bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda, “Setiap anak Adam itu akan dijaga oleh dua orang malaikat, dan malaikat yang sebelah kanan itu lebih berkuasa dari yang disebelah kiri”.
Kalau seseorang anak Adam itu membuat dosa maka malaikat yang disebelah kiri akan bertanya kepada malaikat yang disebelah kanan, “Apakah yang harus aku catat ?” Maka berkata malaikat yang sebelah kanan, “Jangan kamu catat dosanya sehingga ia melakukan 5 dosa”. Kemudian bertanya malaikat yang disebelah kiri lagi, “Kalau dia telah melakukan 5 dosa, apakah yang harus aku catatkan ?”.
Berkata malaikat yang sebelah kanan, “Biarkan sehingga dia membuat kebaikan, sebab kami telah diberitahu bahawa satu hasanat kebaikan dapat sepuluh kali ganda. Oleh itu, kita hapuskan 5 sebagai imbangan dari dosa yang 5 dan kami catatkan hanya 5 hasanat.”
Apabila syaitan mendengar yang demikian, maka dia pun menjeritlah sambil berkata, “Kalau macam ini bilakah aku dapat menjerumuskan anak Adam”.
Hadis Abu Hurairah r.a katanya : Rasulullah s.a.w bersabda: Allah s.w.t berfirman kepada Malaikat pencatat amalan : “ Apabila hambaKu berniat ingin melakukan kejahatan, maka jangan lagi kamu menulisnya sebagai amalan kejahatan. Apabila dia melakukannya barulah kamu menulisnya sebagai satu amalan kejahatan. Jika hambaKu berniat ingin melakukan kebaikan, tetapi dia tidak lagi melakukannya, maka catatkanlah sebagai satu amalan kebaikan. Jika dia melakukannya maka catatkanlah kebaikan itu sepuluh kali ganda ”.

MALAIKAT MALIK
Maalik adalah panggilan malaikat yang memimpin para Malaikat Zabaniah di neraka. Malaikat Malik biasanya bersama dikaitkan bersama malaikat Ridwan.
Maalik dalam Bahasa Arab berarti ‘orang yg empunya’; ‘orang yg memiliki’; ‘tuan’; ‘raja’.
Sedangkan Allah memiliki julukan Maalik pula, tepatnya adalah:
1. Al-Malik = Raja segala Raja;
2. Malik al-Jabar = Raja Yang Mahakuasa;
3. Malik al-Muluk = Penguasa segala Penguasa.
Penggunaan kalimat Malik terhadap pemimpin Zabaniah hampir senada dengan penggunaan Aziz dalam kisah Yusuf, hanya sebagai panggilan kehormatan atas kepemimpinan mereka.
Terdapat 19 penjaga neraka jahanam yang pemimpinya adalah Malik. Sebagaimana firman Allah tentang Neraka Saqar
“ Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (Zabaniah). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat. (Al-Muddassir : 27-30)
“ Malikat Malik ‘Alaihissalam mematuhi segala perintah Allah seperti dalam firman-Nya tentang permintaan penghuni Neraka kepada Malaikat Malik
Mereka berseru, “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab, “kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az-Zukhruf :77)

A. WUJUD MALAIKAT MALIK
Malaikat Malik mempunya tangan dan kaki yang bilangannya sama dengan jumlah ahli neraka. Setiap kaki dan tangan itu bisa berdiri dan duduk, serta dapat membelenggu dan merantai setiap orang yang dikehendakinya. Menurut kisah, karena Malik memiliki wujudnya yang sangat menyeramkan, ketika Malik melihat kearah Neraka maka sebagian api memakan api yang lain karena rasa takutnya kepada Malik.
Dikatakan pula bahwa ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik ke Sidrat al-Muntaha, ia bertemu dengan Malik yang kemudian menunjukkan pandangan sekilas tentang penderitaan di Neraka. Sejak saat itu pula Malaikat Malik tidak pernah tersenyum. Memiliki tubuh yang sangat besar, wajahnya menampakkan kemarahan, terlihat amat menakutkan, sangat kejam, tidak kenal kompromi, di antara kedua matanya terdapat pusat syaraf yang seandainya ia menatap bumi pasti orang-orang yang ada didalamnya mati tiada tersisa.

B. KISAH MALAIKAT MALIK DENGAN NERAKA
Mansur bin Amar berkata: Telah sampai kepadaku riwayat bahwa malaikat Malik ditugaskan menjaga api neraka itu memiliki tangan yang banyak sekali sebanyak jumlah penghuni neraka, setiap kali malaikat Malik menyiksa ada tangan yang mendirikan dan mendudukkan dan mengikat penghuni neraka dengan rantai. Kalau malaikat Malik memandang ke neraka maka penghuni neraka akan memakan sesama mereka karena takutnya mereka kepada malaikat Malik.
Huruf “Al-Basmalah” itu ada sembilan belas dan huruf pada “Az-Zabaniyah” itu juga ada sembilan belas. Mereka dinamakan demikian itu (Zabaniyah) karena mereka itu bisa bekerja dengan kaki mereka seperti mereka bekerja dengan tangan mereka. Satu malaikat Zabaniyah bisa mengambil 10.000 orang kafir dengan satu tangan begitu juga dengan tangan yang lagi satu, 10.000 dengan salah satu kakinya yang dua. Malaikat Zabaniyah bisa menyiksa 40.000 orang kafir serentak dengan kekuatan dan kedahsyatan.
Malaikat Malik adalah penjaga neraka dan yang 18 juga sepertinya, mereka adalah pemimpin malaikat dan di bawah tiap-tiap pemimpin itu ada penjaganya yang mana jumlahnya hanya Allah yang tahu. Mata mereka laksana kilat yang menyambar, gigi mereka seperti putihnya tanduk sapi, bibir mereka menyentuh tapak kaki, mulut mereka mengeluarkan api. Antara dua bahu segala malaikat jauh perjalanan selama setahun.
Allah telah menciptakan mereka tanpa ada sedikitpun rasa kasih sayang dan salah satu malaikat terun ke dalam lautan api selama 40 tahun, tetapi api tidak langsung membahayakan mereka karena cahaya itu lebih kuat dari api yang panas.
Malaikat Malik berkata: “Lemparkanlah mereka ke dalam neraka!”.
Ketika malaikat Zabaniyah melemparkan orang-orang yang berbuat dosa ke dalam neraka, maka mereka semua berkata: “Laa ilaha illallah!”
Api tidak dapat membakar mereka, malaikat Malik berkata: “Wahai api, tidakkah kamu membakar mereka?”
Api berkata: “Wahai Malik, bagaimana aku ingin membakar mereka sedangkan mereka menyebut” Laa ilaha illallah! “
Malaikat malik berkata: “Ya, begitulah Allah, tuhan pemilik Arasy yang agung telah memerintahkan.”
Kemudian api pun membakar tubuh mereka sampai kedua telapak kakinya, ada yang dibakar sampai ke lututnya, ada yang dibakar sampai pusarnya dan ada sampai ke tengkoraknya. Bila api hendak membakar muka mereka maka malaikat Malik berkata kepada api: “Wahai api, janganlah kamu bakar muka mereka karena mereka pernah sujud kepada Allah dan janganlah kamu bakar hati mereka karena mereka pernah berdahaga dari beratnya puasa dalam bulan Ramadhan.”

C. SIFAT API NERAKA DAN AHLINYA
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Api neraka telah dinyalakan selama seribu tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga gelap bagaikan malam yang kelam.”
Diriwayatkan bahawa Yazid bin Martsad selalu menangis sehingga tidak pernah kering air matanya dan ketika ditanya, maka dijawabnya: Andaikata Allah s.w.t. mengancam akan memanjarakan aku didalam bilik mandi selama seribu tahun. nescaya sudah selayaknya air mataku tidak berhenti maka bagaimana sedang kini telah mengancam akan memasukkan aku dalam api neraka yang telah dinyalakan selama tiga ribu tahu.”
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari mujahid berkata: “Sesungguhnya dijahannam ada beberapa perigi berisi ular-ular sebesar leher unta dan kala sebesar kaldai, maka larilah orang-orang ahli neraka keular itu, maka bila tersentuh oleh bibirnya langsung terkelupas rambut, kulit dan kuku dan mereka tidak dapat selamat dari gigitan itu kecuali jika lari kedalam neraka.”
Abdullah bin Jubair meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bahawa didalam neraka ada ular-ular sebesar leher unta, jika menggigit maka rasa redih bisanya tetap terasa hingga empat puluh tahun. Juga didalam neraka ada kala sebesar kaldai, jika menggigit maka akan terasa pedih bisanya selama empat puluh tahun.”
Al-a’masy dari Yasid bin Wahab dari Ibn Mas’ud berkata: “Sesungguhnya apimu ini sebahagian dari tujuh puluh bagian dari api neraka, dan andaikan tidak didinginkan dalam laut dua kali nescaya kamu tidak dapat mempergunakannya.”
Mujahid berkata: “Sesungguhnya apimu ini berlindung kepada Allah s.w.t. dari neraka jahannam.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka iaitu seorang yang berkasutkan dari api nerka, dan dapat mendidihkan otaknya, seolah-olah ditelinganya ada api, dan giginya berapi dan dibibirnya ada wap api, dan keluar ususnya dari bawah kakinya, bahkan ia merasa bahawa dialah yang terberat siksanya dari semua ahli neraka, padahal ia sangat ringan siksanya dari semua ahli neraka.”
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: “Orang-orang neraka memanggil Malaikat Malik tetapi tidak dijawab selama empat puluh tahun, kemudian dijawabnya: “Bahawa kamu tetap tinggal dalam neraka.” Kemudian mereka berdoa (memanggil) Tuhan: “Ya Tuhan, keluarkanlah kami dari neraka ini, maka bila kami mengulangi perbuatan-perbuatan kami yang lalu itu bererti kami zalim.” Maka tidak dijawab selama umur dunia ini dua kali, kemudian dijawab: “Hina dinalah kamu didalam neraka dan jangan berkata-kata.”
Demi Allah setelah itu tidak ada yang dapat berkata-kata walau satu kalimah, sedang yang terdengar hanya nafas keluhan dan tangis rintihan yang suara mereka hampir menyamai suara himar (kaldai).
Qatadah berkata: “Hai kaumku, apakah kamu merasa bahawa itu pasti akan terkena pada dirimu, atau kamu merasa akan kuat menghadapinya. Hai kaumku, taatlah kepada Allah s.w.t. itu jauh lebih ringan bagi kamu kerana itu, taatilah sebab ahli neraka itu kelak akan mengeluh selama seribu tahun tetapi tidak berguna bagi mereka, lalu mereka berkata: “Dahulu ketika kami didunia, bila kami sabar lambat laun mendapat keringanan dan kelapangan, maka mereka lalu bersabar seribu tahun, dan tetap siksa mereka tidak diringankan sehingga mereka berkata: Ajazi’na am sobarna malana min mahish (Yang bermaksud) Apakah kami mengeluh atau sabar, tidak dapat mengelakkan siksa ini.Lalu minta hujan selama seribu tahun sangat haus dan panas neraka maka mereka berdoa selama seribu tahun, maka Allah s.w.t. berkata kepada Jibril: “Apakah yang mereka minta?”. Jawab Jibril: “Engkau lebih mengetahui, ya Allah, mereka minta hujan.” Maka nampak pada mereka awan merah sehingga mereka mengira akan turun hujan, maka dikirim kepada mereka kala-kala sebesar kaldai, yang menggigit mereka dan terasa pedih gigitan itu selama seribu tahun. Kemudian mereka minta kepada Allah s.w.t. selama seribu tahun untuk diturunkan hujan, maka nampak mereka awan yang hitam, mereka mengira bahawa itu akan hujan, tiba-tiba turun kepada mereka ular-ular sebesar leher unta, yang menggigit mereka dan gigitan itu terasa pedihnya hingga seribu tahun, dan inilah ertinya: Zidnahum adzaba fauqal adzabi. (Yang bermaksud) Kami tambahkan kepada mereka siksa diatas siksa.
Kerana mereka dahulu telah kafir, tidak percaya dan melanggar tuntutan Allah s.w.t., kerana itulah maka siapa yang ingin selamat dari siksaan Allah s.w.t. harus sabar sementara atas segala penderitaan dunia didalam mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah s.w.t. dan menahan syahwat hawa nafsu sebab syurga neraka diliputi syahwat-syahwat.

MALAIKAT RIDWAN
A. PENGERTIAN MALAIKAT RIDWAN
Malaikat Ridwan adalah mahluk yang selalu patuh dan setia kepada Allah SWT. Mereka tidak pernah menentang setiap perintah Allah, kapan saja di perintah-Nya. Setiap perintah Allah selalu mereka (Malaikat) kerjakan dengan baik. Diantara Malaikat-Malaikat ada yang disebut Malaikat Muqarrobin ( yaitu Malaikat yang amat dekat hubungannya dengan Allah ). Malaikat tidak pernah durhaka kepada Allah SWT. Oleh karena itu, para Malaikat disebut juga mahluk suci.
Ridwan (Bahasa Arab: رضوان‎) adalah nama malaikat yang menjaga pintu surga, walaupun tidak ada keterangan di dalam Al Qur’an dan hadits shahih yang menerangkan secara jelas namanya. Terkadang namanya diucapkan sebagai “Rizvan” oleh orang Persia, Urdu, Pashto, Tajik, Punjabi, Kashmir dan bahasa lainnya yang terpengaruh oleh bahasa Persia. Sementara di Perancis disebut sebagai “Redouane”. Sekarang nama ini digunakan sebagai nama maskulin oleh orang Arab atau orang yang beragama Islam. Malaikat Ridwan biasanya bersama dikaitkan bersama Malik.

B. TUGAS MALAIKAT RIDWAN
Malaikat Ridwan , tugasnya adalah menjaga Syurga dengan penampilan yang sangat menyenangkan para penghuni Syurga.
.
C. HADIST TENTANG MALAIKAT RIDWAN
Ada empat hadits yang menyebutkan bahwa nama malaikat penjaga surga adalah Ridwan. Akan tetapi semua hadits tersebut adalah hadits yang sangat lemah dan tidak bisa saling menguatkan. Berikut uraiannya:
1. Hadits Ubai bin Ka’ab
Diriwayatkan oleh Al-Qadhai dalam Musnad Asy-Syihab (1036) dari jalan Mukhallad bin Abdil Wahid dari Ali bin Zaid bin Jud’an dan Atha` bin Abi Maimunah dari Zirr bin Hubaisy dari Ubai secara marfu’, “Tidak ada seorang muslim pun yang membaca Yasin sedang dia berada dalam sakaratul maut, maka tidaklah malaikat maut mencabut nyawanya sampai Ridwan penjaga surga memberinya minuman.”
Di dalam sanadnya ada Ali bin Zaid bin Jud’an yang sudah masyhur sebagai rawi yang lemah. Ditambah lagi dengan adanya Mukhallad bin Abdil Wahid, yang Ibnu Hibban berkata tentangnya -dalam Al-Majruhin (1096), “Mungkarul hadits jiddan (orang yang sangat mungkar haditsnya).”
2. Hadits Abdullah bin Abbas.
Diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh dalam kitab Ats-Tsawab dan Al-Baihaqi dalam Syuab Al-Iman tentang kisah berhiasnya surga setiap memasuki ramadhan, dan di dalamnya tersebut: “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga.”
Hadits ini datang dari jalan Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas secara marfu’. Haditsnya lemah karena Adh-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.
3. Hadits Abdullah bin Abi Aufa.
Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Lalu saya berkata (di dalam surga), “Wahai Ridwan, punya siapa istana ini?”
As-Suyuthi menyatakan dalam Al-Jami’ Al-Kabir -sebagaimana dalam Kunzul Ummal-, “Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Abi Aufa, sedang di dalam sanadnya ada Abdurrahman bin Muhammad Al-Maharibi dan Ammar bin Saif, keduanya sering meriwayatkan hadits-hadits yang mungkar.” Lihat Mizan Al-I’tidal (2/585) dan (3/165)
4. Hadits Anas bin Malik.
Diriwayatkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhuafa (1/313) dari jalan Hamzah bin Washil Al-Minqari dari Qatadah dari Anas secara marfu’ dengan lafazh, “Rabbul Izzah -Tabaraka wa Ta’ala- memanggil Ridhwan -dan dia adalah penjaga surga-.”
Al-Uqaili berkata setelahnya, “Hamzah bin Washil Al-Minqari, seorang dari Bashrah, majhul dalam periwayatan dan haditsnya tidak terjaga.”

D. WUJUD MALAIKAT RIDWAN
Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur’an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi : “ Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Faathir 35:1) ”
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad SAW yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali. Yaitu wujud asli malikat Jibril .
Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.

E. KISAH NABI IDRIS MELIHAT SYURGA
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah: “Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.
Moga artikel ini menambah waawasan anda dan dapat menambag keimanan kita semua
Amiin
Wassalamu alaikum

Tuesday, December 18, 2012

RAHASIA UANG BALIK HALAL

KAMI CIPTAKAN BISNIS ONLINE YANG GAMPANG MENGHASILKAN UANG BUAT ANDA

Telah tercipta sebuah bisnis yang luar biasa yang mampu melipatgandakan secara cepat saldo rekening Anda. Uang akan terus dan terus mengalir tanpa Anda sadari dan tanpa dibatasi jumlah dan waktu (seumur hidup Anda).  Anda tidak perlu menjual atau pun merekrut downline.
Sistem ini bisa memasukkan uang ke rekening Anda 1 juta , atau 2 juta bahkan sampai 5  juta tiap hari, tergantung berapa yang Anda inginkan. Yang luar biasa lagi Anda cukup mengeluarkan biaya hanya Rp. 109800 tidak ada biaya lain. Semua sistem dibuat otomatis. Anda cukup mendaftar di http://www.uangbalik.in/?id=492047541  di bawah website akan ketemu  format order  Anda isi Nama dan Email Anda. Buka email Anda akan dapat petunjuk di email yang harus Anda ikuti. Aktifkan akun Anda. Uang akan masuk  ke rekening Anda dengan sangat cepat  tanpa Anda duga sebelumnya.
Sistem yang tidak akan pernah Anda temui di bisnis apa pun. Yang lebih luar biasa lagi semua uang itu miliki Anda. Anda ikut, dapat uang, semua uang itu buat Anda. Bukan buat saya. Jika tidak terbukti uang Anda saya ganti 3 KALI LIPAT.
Tunggu apa lagi? Segera anda klik link iklan ini segera, 
 INILAH SAATNYA MERUBAH HIDUP ANDA MENJADI LEBIH BAIK
Salam Sukses Dari Saya,
windigo

Sunday, September 30, 2012

TERUNTUK IBUKU DISANA...

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga


Ya Allah...
Ampuni dosa dan kesalahannya
Terimalah amal kebaikannya
Lapangkanlah kuburnya
Pertemukanlah kami di surgaMu..
Sampaikan salamku untuknya
amin..


Ibu...
maafkanlah dosa dan kesalahanku
ampuni kekhilafanku
walau engkau telah tiada....
Ibu...
sungguh aku sangat merindukanmu


( Teruntuk Mamih tercinta disana... )

Saturday, September 29, 2012

Menerima Pemberian Dari Hasil Riba

1. Apa hukum menerima hibah (pemberian) atau hadiah dari orangtua, kerabat atau selain kerabat, sedangkan kita mengetahui bahwa harta mereka dihasilkan dari cara-cara yang haram, seperti hasil bekerja di bank yang telah kita ketahui bersama bahwa bank menggunakan muamalah riba yang dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya atau usaha-usaha haram lainnya? Juga ketika kita mengunjungi mereka, apa hukum menyantap jamuan yang mereka hidangkan?
2. Bagaimana dengan seorang anak yang hidup di bawah tanggungan nafkah orangtuanya yang berpenghasilan haram seperti riba atau yang lainnya?
1. Apa hukum menerima hibah (pemberian) atau hadiah dari orangtua, kerabat atau selain kerabat, sedangkan kita mengetahui bahwa harta mereka dihasilkan dari cara-cara yang haram, seperti hasil bekerja di bank yang telah kita ketahui bersama bahwa bank menggunakan muamalah riba yang dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya atau usaha-usaha haram lainnya? Juga ketika kita mengunjungi mereka, apa hukum menyantap jamuan yang mereka hidangkan?
2. Bagaimana dengan seorang anak yang hidup di bawah tanggungan nafkah orangtuanya yang berpenghasilan haram seperti riba atau yang lainnya? Alhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi washahbihi waman walah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya perkara yang halal dan haram itu jelas. Antara keduanya ada perkara-perkara syubhat (tidak jelas kehalalannya dan keharamannya) yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa menjaga diri dari perkara-perkara syubhat maka sungguh dia telah berhati-hati dengan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjatuh dalam perkara syubhat maka hal itu akan menyeretnya terjatuh dalam perkara haram, seperti halnya seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan, hampir saja dia terseret untuk menggembalakannya dalam daerah larangan. Ketahuilah bahwa setiap penguasa memiliki daerah larangan dan sesungguhnya daerah larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah perkara-perkara yang haram. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam jasad seseorang ada sekerat daging, jika sekerat daging itu baik maka baik pulalah seluruh jasadnya. Namun jika sekerat daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa itu adalah qalbu. ” (HR. Al-Bukhari, no. 52, 2051 dan Muslim no. 1599 dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma)
Sikap wara’, yaitu berhati-hati dari sesuatu yang dikhawatirkan akan memudaratkan agama dan akhirat, adalah sikap yang terpuji dan dituntut dari seorang muslim. Seorang muslim yang tidak memiliki wara’ akan bermudah-mudahan dengan perkara syubhat yang tidak jelas kehalalan dan keharamannya, sehingga menyeretnya bermudah-mudahan dengan perkara haram, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma di atas. Namun seperti kata Al-Imam Al-’Allamah Al-’Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ dalam Kitabul Bai’, Babul Ijarah: “Wajib atas setiap muslim untuk melihat setiap perkara dengan timbangan syariat dan akal yang sehat. Bukan dengan timbangan perasaan yang buta (yang merupakan permainan hawa nafsu). Karena hal inilah yang memudaratkan kaum muslimin sejak zaman para sahabat. ”
Alhamdulillah, para ulama telah berbicara dan berfatwa dalam permasalahan-permasalahan ini.
1. Untuk permasalahan yang pertama Al-Lajnah Ad-Da`imah yang diketuai oleh Al-Imam Al-’Allamah Abdul ‘Aziz bin Baz mengeluarkan fatwa yang rinci dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah (22/330-331):
“Jika engkau mengetahui secara persis bahwa hadiah yang diberikan kepadamu dan makanan yang dihidangkan untukmu adalah harta yang dihasilkan dengan cara yang haram, maka jangan terima hadiah itu dan jangan makan hidangan itu. Demikian pula hukumnya jika seluruh harta mereka dihasilkan dengan cara yang haram.
Adapun jika harta mereka bercampur antara yang halal dan haram, tanpa ada kejelasan mana yang halal dan mana yang haram, maka ada khilaf (perbedaan pendapat) di antara ulama tentang hukum menerima hadiahnya dan memakan hidangannya serta muamalah semisalnya.
Ada yang berpendapat bahwa hukumnya haram secara mutlak.
Ada yang berpendapat bahwa hukumnya haram jika lebih dari sepertiga hartanya adalah haram.
Ada yang berpendapat, hukumnya haram jika mayoritas hartanya haram.
Ada pula yang berpendapat, hukumnya halal secara mutlak, maka halal baginya untuk menerima hadiahnya dan memakan hidangannya.
Pendapat (yang terakhir) inilah yang zhahir (yang nampak) kebenarannya dengan dalil Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima dan memakan seekor domba bakar (panggang) yang diberikan oleh seorang wanita Yahudi1, serta keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ
“Dan sembelihan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) halal bagi kalian. ” (Al-Ma`idah: 5)
Merupakan sesuatu yang diketahui bersama bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani makan harta riba dan tidak menjaga diri dari penghasilan yang haram. Mereka menghasilkan harta dengan cara yang halal dan haram. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan untuk memakan sembelihan mereka dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakan sembelihan mereka. Sekian ahli hadits telah meriwayatkan dari hadits Sufyan Ats-Tsauri, dari Salamah bin Kuhail, dari Zirr bin Abdillah, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَهُ فَقَالَ: إِنَّ لِيْ جَارًا يَأْكُلُ الرِّباَ وَإنَِّهُ لاَ يَزَالُ يَدْعُوْنِي. فَقَالَ: مَهْنَؤُهُ لَكَ وَإِثْمُهُ عَلَيْهِ
“Bahwasanya seorang lelaki bertanya kepadanya dengan berkata: ‘Sesungguhnya aku mempunyai tetangga yang makan riba dan senantiasa mengundangku untuk makan di rumahnya. ’ Maka Ibnu Mas’ud menjawab: ‘Nikmatnya untukmu dan dosanya atas dirinya’. ”2
Namun seandainya seorang muslim menjaga diri dari perbauran dengan mereka serta mengurangi frekuensi acara hadiah-menghadiahi dan kunjung-mengunjungi dengan mereka, kemudian membatasi diri dengan apa-apa yang membawa maslahat dan dituntut oleh kebutuhan saja, tentu hal itu lebih baik baginya. ”
Pendapat ini pula yang difatwakan oleh Al-Imam Al-’Allamah Al-Albani rahimahullahu sebagaimana dalam Al-Hawi Min Fatawa Al-Albani (hal. 428) ketika menjawab pertanyaan tentang seseorang yang mengetahui secara yakin bahwa kedua orangtuanya bermuamalah dengan jual beli yang haram dan mayoritas penghasilannya bersumber dari muamalah yang haram tersebut, apakah boleh baginya untuk menyantap hidangan yang disajikan oleh orangtuanya ketika berkunjung kepada mereka?
Beliau berfatwa: “Boleh pada batas secukupnya, sekadar memenuhi kebutuhannya yang bersifat darurat, dan tidak lebih dari itu. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam sebuah hadits shahih yang datang dari beberapa jalan periwayatan:
كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Setiap daging yang yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas baginya. ”3
Terkait dengan masalah ini, apakah disyariatkan bagi seseorang untuk menanyakan sumber harta yang dihibahkan atau dihadiahkan kepadanya dan menanyakan sumber makanan yang disuguhkan buatnya?
Jawabannya: Hal itu tidak disyariatkan. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menanyakan sumber domba bakar yang diberikan oleh wanita Yahudi kepadanya.
Al-Lajnah Ad-Da`imah berfatwa dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah (22/344):
“Hal itu (yakni menanyakan sumber harta) bukan ajaran Nabi Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khalifahnya serta sahabatnya yang mulia g. Juga karena hal itu akan menyebabkan adanya jarak atau kedengkian atau putusnya hubungan. Kami mewasiatkan kepadamu agar tidak bersikap berlebih-lebihan dalam perkara-perkara seperti ini yang justru akan menjerumuskan dirimu dalam kesulitan yang memberatkanmu. ”
2. Permasalahan yang kedua serupa dengan permasalahan pertama. Untuk permasalahan ini, secara khusus Al-Lajnah Ad-Da`imah telah berfatwa dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah (22/344-345):
“Engkau berkewajiban untuk menasihati ayahmu dengan menerangkan haramnya riba serta azab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala siapkan bagi pelakunya. Dan tidak boleh bagimu menerima darinya apa yang engkau ketahui bahwa dia menghasilkannya dengan muamalah riba. Wajib atasmu untuk mencari rizki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mencurahkan seluruh kemampuanmu dalam menempuh usaha-usaha yang syar’i (halal) menurut ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barangsiapa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan urusannya. ”
Demikian pula fatwa Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu sebagaimana dalam Al-Hawi Min Fatawa Al-Albani (hal. 428):
“Jika dia hidup di bawah tanggungan ayahnya yang diyakini olehnya bermuamalah riba, sementara pendidikan yang dijalaninya hanyalah merupakan jalan untuk mencari rizki dan bukan perkara wajib atasnya, maka wajib atasnya untuk menempuh segala macam usaha yang mampu diupayakannya (dalam mencari rizki) agar bisa berlepas diri dari nafkah ayahnya yang bersumber dari kemaksiatan. Meskipun terpaksa meninggalkan pendidikannya, karena pendidikan itu sendiri tidak wajib atas dirinya. Sehingga dirinya bisa berusaha untuk menghasilkan rizki yang halal dengan jerih payah tangannya dan cucuran keringatnya sendiri. Hal ini lebih baik dan lebih kekal. Aku berkeyakinan bahwa mata pencaharian rizki masih luas medannya di negeri kalian pada khususnya, sehingga memungkinkannya untuk meninggalkan pendidikan meskipun sementara waktu, dalam rangka mengupayakan sendiri rizki yang mencukupinya dan menjaga dirinya dari nafkah ayahnya (yang kotor). Namun jika dia terpaksa hidup di bawah tanggungan nafkah ayahnya untuk memenuhi hajatnya yang bersifat darurat, dalam keadaan dirinya tidak suka dengan hal itu dan tidak melampaui batas daruratnya, maka tidak boleh baginya menuntut lebih dari sekadar untuk mempertahankan hidupnya dan mengatasi kepayahannya serta menjaga dirinya dari meminta-minta kepada manusia. ”
Wallahu a’lam bish-shawab.
Bagaimana pula sikap kita jika ada suatu masjid atau fasilitas umum lainnya yang dibangun oleh seorang yang berpenghasilan haram seperti riba dan yang lainnya, apakah kita shalat di mesjid itu dan menggunakan fasilitas-fasilitas umum itu?
Jawab:
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu berfatwa dalam Asy-Syarhul Mumti’, Kitabul Bai’ Babul Ijarah dalam permasalahan ini:
“Tidak mengapa shalat di mesjid itu meskipun dibangun dari harta riba atau usaha haram lainnya, karena dosa maksiat itu atas pelakunya sendiri. Adapun terkait dengan kita maka di hadapan kita ada masjid yang menghadap ke kiblat, dan tidak ada sesuatu apapun dalam mesjid itu yang menghalangi kita untuk memamfaatkannya. Demikian pula kita mengatakan bahwa barangkali yang membangun masjid itu telah bertaubat dan dia membangunnya dalam rangka berlepas diri dari dosa dan dari hasil usahanya yang haram, berarti shalat kita di mesjid itu merupakan dorongan dan dukungan baginya untuk bertaubat.
Wajib atas setiap muslim untuk melihat setiap perkara dengan timbangan syariat dan akal yang sehat. Bukan dengan timbangan perasaan buta (yang menuruti hawa nafsu), karena hal inilah yang memudaratkan kaum muslimin sejak zaman para sahabat. Tidak ada yang menyeret Khawarij4 untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu selain permainan perasaan buta mereka (yang menuruti hawa nafsu). Tuduhan dusta mereka bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu telah berkhianat dan telah kafir dengan sebab tahkim (menyerahkan penyelesaian masalah kepada utusannya) yang dilakukannya serta tuduhan dusta lainnya adalah dampak dari permainan perasaan buta mereka (yang menuruti hawa nafsu). ” Demikian pula hukum pemanfaatan fasilitas-fasilitas umum lainnya sama dengan ini.
Wallahul muwaffiq ila sawa`is sabil.
1 Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ يَهُوْدِيَّةً أَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ مَسْمُوْمَةٍ، فَأَكَلَ مِنْهَا . . . الْحَدِيْثَ
“Bahwasanya seorang wanita Yahudi mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seekor domba yang telah dibumbui racun , maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakannya…. ” (HR. Al-Bukhari no. 2617 dan Muslim no. 2190)
Kisah ini terjadi pada masa penaklukan Khaibar. (Lihat Shahih Ash-Shirah An-Nabawiyyah hal. 352-353 dan Fathul Bari syarah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pada Kitab Al-Maghazi, Bab Asy-Syah Al-lati Summat li An-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bi Khaibar), -pen.
2 Atsar ini diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannaf (no. 14675) dan dishahihkan oleh Al-Imam Ahmad sebagaimana dalam Jami’ Al-’Ulum Wal Hikam syarah hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma. Sufyan Ats-Tsauri berkata setelah meriwayatkan atsar ini:
فَإِنْ عَرَفْتَهُ بِعَيْنِهِ فَلاَ تُصِبْهُ
“Jika engkau mengetahui secara persis bahwa yang dihidangkan kepadamu adalah hartanya yang haram maka jangan engkau santap. ”
3 HR. Ahmad, Ath-Thabarani, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim serta yang lainnya dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu dan sahabat lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah pada hadits no. 2609.
4 Mereka adalah kaum yang tadinya bersama ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan penduduk ‘Iraq dalam menghadapi Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu dan penduduk Syam pada perang Shiffin. Ketika tanda kemenangan mulai nampak di pihak ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu beserta pasukannya mengangkat mushaf-mushaf Al-Qur`an untuk meminta sulh (perdamaian), merekalah yang memaksa ‘Ali radhiyallahu ‘anhu untuk menerima tahkim tersebut. Dan tahkim itupun terwujud sehingga perang berakhir. Sepulang dari Shiffin, mereka terbawa oleh perasaan kecewa dan hawa nafsu untuk tidak mengikuti ‘Ali radhiyallahu ‘anhu masuk ke Kufah dan justru menuduhnya dengan tuduhan-tuduhan dusta tersebut dan melepaskan diri dari pemerintahannya. Kemudian mereka berkumpul di Harura` (daerah di Kufah) sehingga mereka juga dikenal dengan kelompok Haruriyyah. Selanjutnya mereka berkumpul di Nahrawan (daerah di ‘Iraq) untuk memberontak. Jumlah mereka sekitar 12. 000 orang. Sebelum ‘Ali radhiyallahu ‘anhu memerangi mereka, beliau mengutus Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma untuk menasihati dan mendebat syubhat-syubhat mereka yang lemah. Hasilnya banyak dari mereka bertaubat dan sisanyapun ditumpas di sana, sehingga mereka dikenal sebagai Ashabun Nahrawan. (Al-Bidayah wan Nihayah juz 7 kisah perang Shiffin sampai perang Nahrawan) pen.
Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Sarbin Al-Makassari
Courtesy : www. darussalaf. or. id