Kematian besar adalah tidur yang permanen.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (Al-Anbiyaa’: 35)
Ini adalah kebalikan dari hidup, itu adalah ketika tidak ada yang tumbuh, tidak bergerak, tidak buang air, tidak merasakan dan tidak bernafas, mati tidak sama dengan hidup.
Yang mana salah seorang dari dua malaikat ini yang kita sukai untuk di temui?
وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا
"Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras." (An-Naazi’at: 1)
وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا
"dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut." (An-Naazi’at: 2)
Jawabnya yang pasti adalah nanti. Tetapi apakah kita telah ikhlas mempersiapkan diri kita untuk nanti atau kita lebih patut dari yang sebelumnya daripada berharap untuk bertemu nantinya.
Apakah kamu mau menjual mutiaramu untuk kotoran dan bagi benda yang kotor?
Sekali lagi jawabnya adalah kita tidak mau untuk ambil bagian dalam sebuah transaksi yang buruk.
Namun, faktanya dan gambaran yang ada pada kita bahwa mayoritas orang-orang akan menjual jannah (surga) dengan jahannam (neraka). Mereka tidak menginginkan untuk berbicara tentang kematian, itu dianggap sebagai sesuatu yang tabu, atau mereka terlalu takut untuk berhadapan pada sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.
Jika seseorang bertanya kepada kita kamu takut pada kucing, meja, atau bunga jawabannya pasti akan TIDAK. Begitu juga kematian mempunyai jawabannya yang sama dan jawabannya adalah kebanyakan ya saya sangat takut akan kematian.
Umumnya panggilan karakter dari semua benda ini adalah bahwa mereka semua adalah ciptaan.
Selanjutnya, kita harus tahu bahwa sungguh kematian pasti akan datang. Kita sebagai kaum Muslimin seharusnya tidak pernah takut dan seharusnya yang kita takutkan hanyalah Allah swt.
Mundhi ibnu Umayr (ra) yang dipanggil al Mu’niqu lil maut (seseorang yang memeluk kematian) karena dia menggunakan dirinya dan mendorongnya masuk ke dalam medan pertempuran untuk menggapai kematian di jalan Allah swt. Jadi dia mencari kematian dan menjadi syahid dengan meninggikan kalimat Allah.
Imam Abu Hanifah (wafat 150 H) membaca Al-Qur’an seluruhnya dua kali dalam dua rakaat shalat. Seseorang yang mendengar tentang ini dan tidak percaya kalau itu adalah benar; maka dia ingin melihat dengan matanya sendiri dan mendengar dengan telinganya sendiri jika ini adalah benar.
Laki-laki itu mencoba untuk melakukan ini tetapi tidak bisa untuk terjaga dengan Imam ini karena dia kelelahan atau mengantuk tertidur; setelah itu berakhir atasnya – malaikat kematian mengambil nyawanya separuh sampai dia bergerak.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya." (Ali Imran: 145)
No comments:
Post a Comment