Tuesday, January 17, 2012

ITULAH HIDUP

Itu Menyedihkan! Itu Menyenangkan! Itulah Hidup

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Suatu ketika, seorang petani miskin terbingung-bingung menerima kenyataan karena kudanya telah mati semalam. "Menyedihkan sekali," tetangganya berkata. "Bagaimana kamu akan mengolah tanah yang keras ini tanpa kudamu?" tanya tetangganya. "Itulah hidup," sahut petani kepada tetangganya.



MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP

Kemudian, seorang juragan yang kaya raya dari desa lain mendengar kabar tentang kuda itu.
Juragan itu pun jatuh kasihan dan menghadiahi si petani dengan seekor kuda yang baru. "Menyenangkan sekali!"
kata tetangganya tadi. Sekali lagi, si petani hanya berkata, "itulah hidup."

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Suatu malam dua bulan kemudian, karena ketakutan saat terjadi hujan badai yang disertai petir dan angin kencang,
kuda itu melompati pagar dan melarikan diri ke gunung. Sekali lagi, si petani harus kehilangan kudanya.
Tetangganya mengomentari lagi, "Menyedihkan sekali, sekarang bagaimana?" Petani itu berkata pendek, "itulah hidup."

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP

Kurang dari tiga bulan kemudian, dengan mengejutkan orang sedesa, kuda itu kembali lagi ke kandang si petani.
Hanya saja, kuda itu tidak kembali sendirian, melainkan datang bersama dengan seekor kuda lain yang terlihat begitu gagah.
Sekarang petani itu punya dua kuda!

Kini, si petani dapat memanfaatkan satu kuda dan anaknya memanfaatkan kuda yang lain. Keluarga petani itu bisa panen dengan
hasil dua kali lipat lebih banyak dari pada panen sebelumnya. Tetangga petani itu benar-benar tercengang dengan keberuntungannya.
"Menyenangkan sekali!" komentarnya seperti biasa. Dan lagi-lagi: "Itulah hidup."

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Musim dingin segera tiba. Para petani tak lagi bisa mengolah tanah yang dingin dan membeku.

Anak petani berpikir, itu adalah saat yang tepat untuk menunggangi kudanya berkeliling desa. Anak petani itu pun menaiki kudanya.
Tapi sayangnya, ia tak cukup kuat dan pandai menunggangi kuda yang gagah dan perkasa. Ia terlempar jatuh, terluka, dan mengalami
patah di kakinya. Tetangga petani itu berkomentar, "menyedihkan sekali!". "Sekarang anakmu cacat", tambahnya lagi.
Petani itu menjawab, "itulah hidup."

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP

Saat musim semi tiba, datanglah seorang perwira militer ke desa itu. Dia mengambil semua pemuda yang sehat raganya, untuk
ikut berperang di provinsi tetangga. Akibatnya, hampir semua pemuda dari desa itu tewas dalam peperangan.

Tetangga petani itu berujar lagi, "alangkah beruntungnya anakmu yang cacat itu. Ia tetap selamat bersamamu." Petani itu
berterimakasih kepada tetangganya, kemudian ia berkata "itulah hidup."

TERIMALAH HIDUP "APA ADANYA", BUKAN "ADA APANYA"

Cerita di atas terus diceritakan dari generasi ke generasi. Mengapa? Karena cerita itu adalah mikrokosmos dari kehidupan.
Hanya dengan beberapa paragraf, adalah sangat mungkin bagi kita untuk menarik pelajaran penting dari prinsip kehidupan.

Sesuatu yang baik bisa muncul dari sesuatu yang buruk. Tak usahlah Anda terlalu sedih, jika Anda tak tahu akan bagaimana
akhir dari semua yang Anda alami. Begitu pula, sesuatu yang buruk bisa muncul dari sesuatu yang baik. Janganlah Anda terlalu
senang dengan gelimang segala senang yang Anda rasakan saat ini.

Prinsip terpenting dari moralitas cerita di atas adalah, kita tidak akan pernah tahu kapankah keadaan kita akan baik atau buruk.
Hanya waktu yang akan mengatakannya. Jadi, bagaimanakah kita harus memperlakukan hidup ini? Dengan tangan terbuka. Terimalah
berbagai hal sebagaimana adanya. Terimalah semua hal "apa adanya", bukan "ada apanya".

Satu cara untuk mengekspresikan prinsip di atas, adalah begini:

"Pada akhirnya, segala sesuatu akan menjadi baik. Jika sesuatu tidak baik sekarang, maka itu bukan akhir segalanya."

Banyak dari kita, buta akan kehidupan. Obat kebutaan itu bukanlah 'sight' akan tetapi 'insight'. Lihatlah ke dalam. Untuk itu,
tidak diperlukan mata, melainkan mata hati. Semuanya hanya perlu dimengerti. Semuanya hanya perlu dimengerti dengan
prinsip-prinsip kehidupan.

APA YANG TERLIHAT TIDAK SEPERTI YANG TERLIHAT

Misalnya, "apa-apa tidak seperti penampakannya." Sesuatu yang terlihat baik, mungkin sebenarnya buruk. Begitu pula sebaliknya,
apa yang terlihat buruk bisa jadi baik.

Perspektif, persepsi, sudut pandang, atau sikap kita, tidak semestinya di dasarkan pada data dari panca indera. Tidak semestinya
juga didasarkan pada penampilan atau penampakan. Semestinyalah, cara kita melihat hidup didasarkan pada cahaya ilmu, pengetahuan
dan pemahaman.

Pertimbangkan ini: menghakimi orang lain adalah seperti mengemudi kendaraan. Kita marah karena lampu mobil mereka menyilaukan mata
kita, padahal lampu mobil kita sendiri mungkin lebih menyilaukan mata mereka.

Jika kita mau menerapkan pemahaman ini, maka kita akan berhenti merasa diserang oleh berbagai tampilan. Kita tidak melihatnya dengan
mata, tapi dengan mata hati kita.

Ketahuilah, bahwa kebahagiaan tidak datang dari posisi tertentu, melainkan dari disposisi tertentu. Kebahagiaan bukan soal altitude
melainkan attitude. Bukan tentang ketinggian posisi, melainkan keluhuran budi. Hanya itulah yang membedakan kebahagiaan dari
kesedihan dan duka lara, kesehatan dari sakit, dan kesuksesan dari kegagalan.

MENYENANGKAN DAN MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Pertimbangkanlah poin-poin berikut ini:

* Mawas dirilah tentang persepsi Anda akan kehidupan. Apakah Anda selalu senang, berbahagia dan merasakan kenikmatan? Jika tidak,
berhentilah mengeluh karena itu tidak produktif. Berupayalah untuk mengerti bahwa persepsi tidak datang dari luar melainkan dari dalam.
Jika Anda tidak berbahagia, persoalannya ada pada diri Anda. Bukanlah dunia yang tidak berbahagia, melainkan Andalah yang tidak berbahagia.
Itu artinya, bukan dunia yang perlu diubah melainkan Andalah yang harus berubah.
* Bagaimana Anda bisa berubah? Mulailah dengan menemukan kenyataan, akan adanya seribu satu jalan untuk menginterpretasikan berbagai
kejadian. Anda punya kekuatan untuk memilih satu, dari tak terbatasnya sudut pandang. Pilihlah sudut pandang yang positif dan konstruktif.
Berhentilah dengan segala reaksi otomatis seperti selama ini. Belajarlah untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum bertindak.
Lihatlah dunia dengan cahaya alasan dan penyebab, jangan hakimi ia karena penampilannya.
* Sadarilah, saat Anda memilih untuk melihat dunia dengan kaca mata yang berbeda, Anda akan merasa berbeda. Dan saat Anda merasa
berbeda, Anda akan bertindak berbeda. Untuk menjadikan dunia ini pink bagi Anda, caranya mudah saja: Pakailah kacamata berwarna pink.
* Memutuskan untuk berubah belumlah cukup. Janganlah berhenti hanya pada niat baik. Akhirilah dengan tindak lanjut. Make a plan and
complete what you begin.
* Mengembangkan kebiasaan baru selalu perlu upaya. Jangan berhenti hanya karena kendala. Gandhi mengatakan, "effort brings discomfort."
* Saat menghadapi kesulitan, ingatlah bahwa itu tidak datang dari nasib buruk atau takdir acak. Nasib tidaklah buruk, dan takdir
tidaklah asal-asalan. Andalah yang buta. Bagaimana Anda bisa melihat hari ini, sesuatu yang baru akan terjadi besok?

Jadilah petani miskin, dan katakan: "Itulah hidup."

No comments:

Post a Comment